Sabtu, 02 Januari 2016

Di Atas Tangga

Oleh : Diemas Ariasena

Dalam sejarah hidupku yang di atas selalu menang dan yang di bawah adalah pecundang. Jika kita ingin menang, kita harus menaiki tangga. Yah, tangga dunia.

***
“Cih, kerja begini saja tidak becus! Apa gunanya aku membayar kalian, hah!”

“Maaf. Aku berjanji tidak akan mengulanginya, Pak”

“Janji? Dunia ini perlu bukti! Ah, sudahlah ini surat pemecatanmu. Kamu dipecat”

***
Aku sudah terbiasa dengan pemecatanku yang seperti ini. Entah kenapa penyakitku ini sangat mengganggu saat aku bekerja. Dokter yang memeriksaku hanya menyimpulkan aku memiliki penyakit yang aneh, dia menyerah untuk mengobatiku.

Aku tinggal sendiri, aku t idak tau kemana orang tuaku atau lebih tepatnya aku tidak memiliki orang tua. Aku benci malam, karena saat itu aku bisa menjadi sangat mengantuk dan tidak bisa jauh dari tempat tidurku. Ah, ini biasa karena sepertinya aku termasuk ke golongan orang yang malas, he he he.

***

‘Slashh’

‘clak ... clak ... clak’

Terdengar bunyi kepala yang ditebas dan tetesan darah jatuh dari sesosok tubuh manusia yang sudah tidak lagi bernyawa.

“Bisa kita mulai permainannya?”

“Terserah kau”

“Tapi, aku akan mendatanginya”

“Tentu saja”

“Berhenti!” ucapku menghentikan mereka berdua.

“Dia bangun”

“Yah, waktu kita sudah tidak lama lagi”

“Apa yang kau lakukan pada tetang-“ sebelum aku mengucapkan kata-kata itu, aku tak sadarkan diri-pingsan.

Teringat olehku, baru seminggu yang lalu dia pindah ke sini. Dia adalah tetangga baruku, orangnya baik, cantik dan juga dermawan. Dia tidak segan-segan mengajakku makan malam, tapi mereka membunuh mereka, sialan!

“Pak, bisakah anda memberi penjelasan tentang kematian saudara Dila,” ucap seorang polisi yang berada di lokasi kejadian setelah besoknya aku beritahu.

“Iya, malam itu entah kenapa aku sudah berada di luar rumah. Saa aku ingin kembali ke rumahku. Aku mendengar keributan di rumah ibu Dila dan aku mencoba untuk melihat apa yang sedang terjadi. Dan seperti yang bapak tahu Ibu Dila sudah dalam kondisi yang mengenaskan, tapi sebelumya aku melihat dua orang, pria dan wanita. Saat aku mencoba mengejarnya, aku tak sadarkan diri”

“Oke, sepertinya kesaksian anda mirip dengan kesaksian orang dari perusahaan freeline. Direktur di sana juga dibunuh, dan saksi mengatakan persis dengan yang anda katakan”

“Pak Bos meninggal?”

“Terimakasih atas waktunya, Pak”

“Eh, iya”

***

“Kalian melakukannya lagi?”

“Tentu saja”

“Ini sudah saatnya?”

“Ya”

“Baiklah, aku rela jika itu demi kalian. Buatlah keluarga kita kaya, bangunlah rumah semegah mungkin, lalu bangkitkan aku”

“Ya, tentu saja. Tubuhmu milikku, aku sudah tidak tahan berbagi tubuh lagi”

“Silahkan kalian mengambilnya, Yah, Bu”

“Kau memang anak yang berbakti”

***

Untuk bisa mencapai ke atas dunia banyak orang-orang melakukan banyak cara. Diantaranya ada cara yang menggunakan bantuan dari makhluk yang paling dibenci di dunia ini.
-Selesai-

0 komentar:

Posting Komentar