Senin, 31 Desember 2012

Publikasi/ Ngirim cerpen

Hallo sobat setia CERPEN World.. Kalo ada diantara kalian yg ingin cerpennya di publikasikan disini, kirim ke email aku : alyat.annisaa@rocketmail.com. Format pengiriman :
Nama:
Alamat:
Twitter/Facebook:
Isi Cerpen:

Oke sampe jumpa di Cerpen yg lain ya sobb.. :)

~ Detektif Koplak ~ Terakhir Episode : Pembunuhan di Rumah Mewah.

“ aaaarrrggghhh …. “

“ awaaaasssss remm … reeemmm … “

“ lambaiin tangan elu din, kita mau belok nih … belookk “

Udin buru-buru ngebentangin tangannya melambai-lambai gegara lampu sen motor bututnya mati dan kaga berfungsi.

“ bukan yang kiri blekog … yang kanaaaannn … “

Tapi terlambat, dari arah belakang motor milik tukang sayur yang lagi ngebawa dagangan yang akan di jualnya, nyelonong gitu aja nabrakin si butut beserta pengemudinya …

BBBRRUUUUAAAKKKK … GEDEBUUKK …

Ketiga pria blo’on langsung kelempar satu-persatu. Mereka bangun sambil mengerang kesakitan.

“ gue yang bawa motornya Man … ! “ Udin mangkel udah jatoh guling2 gegara Parman yang bego ngejokinya.

“ ii .. iye din. Kribo mana din ? “ Parman megangin punggungnya yang keplintir lumayan kenceng.

“ tau … ! booo … lu dimana ? “ Udin manggil-manggil nyariin Kribo yang udah mencelat entah kemana.

“ heeelllloooowwww … aku ndek sini tauuuu ! “

Mata Parman dan Udin celingak-celinguk nyariin asal suara. Pandangan mereka langsung brenti tatkala ngeliat Kribo berada di balik si butut alias ketimpa.
“ aku ndak mau lagi jadi korbanmuuuu maaaannnn “ Kribo mewek sesenggukan.

“ hahahahahahaaa …. “ Parman dan Udin kompak tertawa begitu ngeliat posisi Kribo yang tengkurep nyosor aspal sementara motor butut nimpa diatasnya.

“ woe blo’on ! kalo belok kasih tanda dong ! liat nih sayuran gue ! “ pedagang sayuran yang nabrakin mereka ngamuk2.

PETOKK … PEETTOOKKK … PEETTOOKKK … KOKG … KKOOKKGG … BLLLEEKKOOGG ….

Ayam tukang sayur yang semburat lepas ikutan misuh-misuh. Parman cs langsung bengong … ahihihihiii ….

BBBRRREEESSSS …..

Tiba-tiba hujan turun begitu lebatnya, mengguyur mereka hingga basah kuyup.

*****
Sementara di rumah Rikha.

“ sebaiknya kita makan malam dulu sambil menunggu yang lain datang “ ujar Pak Gondo, papa Almarhumah Rikha.

Ivan mengangguk setuju. Roy dan Indra sudah berada disitu, hanya Lola yang masih dikamar mandi. Mbok Darmi terlihat sibuk mempersiapkan hidangan makan malam.

“ Aaarrrrrggghhhh …. “ tiba-tiba terdengar jeritan Lola dari dalam kamar mandi.

Ivan yang mempunyai insting detektif langsung beranjak lompat dan berlari menuju asal suara.
Yang lain mengikuti termasuk Mama dan Papa Rikha. Didalam kamar mandi, didapati Lola yang menggigil pucat pasi dipojokan.

“ ada apa La ? “ Indra mendekap Lola menenangkan.

Semua bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada gadis cantik itu.

“ aakk … aakku melihat hantu Rikha … “ ucap Lola terbata-bata.

“ haaahhh … “ semua mata saling memandang satu sama lain.

Ivan mulai merasakan hawa ganjil di sekitar situ. Lola benar, arwah Rikha memang sedang berada disitu memperhatikan mereka.

“ tenang La, itu mungkin cuman halusinasimu “ hibur Roy.

“ ddiii … diiiaa menyeringai tajam melihat kearahku Roy, seakan-akan mencari sesuatu “ jelas Lola masih dengan tubuh menggigil ketakutan.

“ sudahlah nak Lola, arwah Rikha sudah tenang dialamnya. Itu hanya perbuatan Jin Kafir “ sergah Mama Rikha kurang senang.

“ mmmaa … maaff tante, bukan maksud saya memfitnah “ Lola tertunduk ketakutan.

“ tidak apa-apa, sekarang mari kita makan “ ajak Pak Gondo.
Semua kembali berjalan menuju meja makan.

“ Van … elu ngliat Rikha kan ? “ bisik Jono, di barengin dengan anggukan Ivan.

“ tapi tolong jangan sampai yang lain tau kalo Rikha berada di tengah-tengah kita “ Ivan membalas bisikan Jono. Bos Preman mengangguk mengerti.

Semua tamu sudah duduk di kursinya masing2, menghadap meja makan. Ada Roy dengan pandangan sinisnya, ada Lola yang masih ketakutan dan ada Roy yang terlihat begitu tenang.

“ mari silahkan dimakan ! “ pak Gondo mempersilahkan.

Semua bersiap mengambil menu. Tapiii ….

SSSRREETTTT .... GGGRRRREEEEKKK …

Sebuah kursi makan bergerak mundur dengan sendirinya. Seakan-akan ada yang menariknya yang mendudukinya. Semua terbengong-bengong ketakutan, termasuk Lola yang terlihat trauma.

KKLOOTTAAKK ... KLOOOTTAAKK …. Suara sendok dan piring beradu.

“ Rikha …. Kau disitu nak ? “ pak Gondo berujar seperti pada seseorang.

Tiba-tiba hawa dingin menyergap. Korden melambai-lambai tertiup angin yang entah datang darimana. Semua saling merapat tak terkecuali Jono. Bos Preman mengkerut ngemut sendok. Giginya bergemeletuk nimbulin suara yang menggelikan. Mata Ivan melirik kearah Roy yang terlihat begitu tenang, dari tadi Ivan belum mendengar suaranya sama sekali.

Terror terus berlanjut. Meja makan yang semula diam tau-tau bergetar hebat. Sofa santai bergeser berpindah tempat. Melalui indra keenamnya Ivan melihat sosok Rikha mengamuk mendorong-dorong semua perabotan di ruangan itu. Semua tampak tegang, tak ada satupun yang berani bergerak.

“ sudah cukup ! Hentikan ! “ tiba-tiba Roy berteriak berdiri, mukanya merah padam menahan marah.
Perabotan yang bergeser dan porak poranda disana-sini ikutan berhenti begitu mendengar teriakan Roy.

“ permainan apa yang kalian mainkan ?? kau Ivan !! apalagi yang kau cari ?? bukankah pembunuh Rikha sudah tertangkap ?? “ Roy mendengus kesal.

Semua mata terarah kepada laki-laki berperawakan tenang itu. Baru kali ini mereka melihat begitu marahnya Roy.

“ belum ! pembunuh Rikha yang sesungguhnya masih berkeliaran bebas. Dan mereka ada disini bersama kita “ jawab Ivan kalem.

“ maksud nak Ivan ? “ mama Rikha ikutan bicara.

“ ya, pembunuhnya salah satu dari kalian ! “ tegas Ivan tanpa ada yang ditutup-tutupi.

“ hey ! sersan Ivan … kenapa kau menuduh salah satu dari kami ?? “ Indra menatap Ivan sinis.

“ alibi pembunuhnya benar-benar nyaris sempurna … “ guman Ivan.

“ taa … taapppii … siapa dia ?? “ Lola bertanya semakin penasaran.

Hening, tak ada suara. Karena meja makan kembali bergetar dan bergerak-gerak. Taplak meja makan dicabut dari tempatnya, dan menumpahkan segala menu makanan yang ada diatasnya.

PPPRRAANNGG … KKRROOOMMPPYYYAANNGG …

Semua yang duduk disitu langsung berdiri menjauh dari meja makan. Bu Gondo merapat memeluk suaminya, Lola di dekapan Indra dan Roy berdiri mematung di sudut dekat pintu.

“ vvvaaa … vvvaaannn … arwah Rikha ngamuk “ Jono makin merapat kebadan Ivan. Giginya bergemeletuk, matanya merem tertutup tanpa berani memandang sekitarnya.

“ 20 menit setelah kejadian, ada saksi yang melihat pembunuhnya keluar dari rumah ini. Tapi karena masih pagi, saksi kurang begitu jelas melihat pelakunya. Hasil autopsy menjelaskan jam berapa Rikha menghembuskan nafas terakhirnya dan meregang nyawa karena kehabisan darah. Memang barang bukti milik pak Madi, tapi property itu digunakan saat beliau sedang bertugas sebagai satpam, seperti pisau komando, pentungan serta tali tambang. Saat libur dan pulang, pak Madi selalu meninggalkannya di pos. dan sebelum Rikha di ketemukan tewas, saksi juga mengatakan ada beberapa orang yang sempat menemuinya. Pembunuhnya mengikat dan menyekap tubuh Rikha selama beberapa jam, menyiksanya hingga sedemikian rupa, lalu meninggalkannya begitu saja dengan penderitaan yang luar biasa hingga Rikha mati kehabisan darah tanpa ada satupun yang menolong. Mbok Darmi terlambat datang karena sehari sebelumnya pak Gondo menyuruhnya ke rumah sakit untuk merawat kakaknya yang tak lain adalah orang tua Indra, dan baru pagi pukul 06.00 mbok Darmi balik dan menemukan jasad Rikha sudah tak bernyawa “ panjang lebar Ivan menceritakan Kronologisnya.

Semua terdiam bergelut dengan pikirannya masing-masing. Roy bolak-balik mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Lola nangis sesenggukan di pelukan Indra yang memandang tajam kearah Ivan. Ekor matanya selalu mengikuti gerak tubuh polisi muda tersebut.

“ Indra, ada dimana kamu saat kejadian itu ?? “

“ saat kejadian aku ada di rumah, memang aku sempat menemuinya untuk mengambil berlian yang gagal dijual Lola tapi itu tak lama. Bahkan aku juga sempat bertemu Roy di dalam mobilnya yang juga akan pulang dari ngapeli Rikha. Setelah minum obat penenang, aku tertidur dari pukul 01 malam hingga 4 sore dan tak ada yang membangunkannya karena aku memang kos sendirian “ Indra beralibi.

“ kamu Lola ? “ tanya Ivan sembari memandang tajam kearah gadis cantik tersebut.

“ setelah balikin berlian milik Rikha, aku lantas pergi hangout bersama Didy temanku hingga pukul 05 pagi, lalu pulang dan tidur. Memang Rikha menyuruhku untuk menjual berliannya, tapi karena takut dan nggak enak ama Tante, aku mengurungkan niatku. Lalu menyarankan agar Indra saja yang menjualkannya. Rikha menjual Berlian pemberian papanya untuk acara Hangout kita di salah satu club malam, kebetulan Rikha akan berulang tahun besok malamnya. Rikha sahabat baikku, kenapa aku harus berbuat jahat ke dia ? “ Lola menjelaskan.

“ kamu Roy ? “

“ aku … ?? aku sangat mencintai Rikha, aku merasa kehilangannya. Ya !! malam itu aku memang ngapeli Rikha, sampe pukul 01 dini hari karena mama, papanya tak ada di rumah dan pak Madi libur, tapi saat mau pulang, mobilku mogok. Lalu aku kembali masuk ke dalam untuk meminjam alat2 perbaikan mobil milik Om Gondo, setelah bisa nyala, aku memutuskan pulang dan minum bir sambil nonton TV. Bisa saja Indra yang membunuhnya !! karena Indra sudah berulang kali mencoba memanfaatkan harta Rikha tapi selalu gagal “ Roy emosi menuding Indra.

“ maksud kamu apa Roy !! “ Indra mendelik marah.

“ jangan-jangan kaulah pembunuhnya !! “ tuding Roy.

Indra terdiam menunduk, matanya berkaca-kaca. Mukanya tak sesangar yang tadi. sinisnya hilang saat dia menangis begitu.

“ aku memang jahat tante, om … aku dan Roy selalu mempengaruhi Rikha untuk pergi ke discoutik dan berfoya-foya di Pub. Tapi aku tak sekeji itu membunuh sepupuku sendiri “ Indra terisak.

“ sudahlah sayang !! aku yakin kamu tak membunuhnya “ bisik Lola menenangkan.
Tiba-tiba kegaduhan kembali terjadi …

KKKRROOMMPPYYYAANNGG … BBBRRUUAAKK …

Arwah Rikha yang sedari tadi diam langsung mengamuk. Semua perabotan kembali bergerak dan bergeser.

HU … HUUU ... HUUU ... HIKS ... HIKS … HIKS ….

Suasana makin mencekam tatkala terdengar suara perempuan menangis menyayat hati. Itu suara tangisan Rikha, ya … arwah Rikha menangis.

“ vaann … Rikha menangis “ Jono mengkerut.
Ivan memandang muka mereka satu persatu. Lalu berkata kalem …

“ tenanglah Rikha !! aku sudah menemukan pembunuhmu … aku akan segera menangkapnya dan melepaskan pak Madi yang tidak bersalah “

Hening, kembali tenang. Ivan mengeluarkan borgol lalu kembali melihat mereka satu persatu silih berganti. Dengan sikap tenangnya, Ivan berjalan menghampiri salah satu dari mereka.

“ maaf Roy, aku harus menangkapmu !! “

Semua mata terbelalak memandang kearah Roy, pacar Rikha. Antara percaya dan tidak, bagaimana mungkin pemuda pendiam itu bisa melakukan perbuatan sekeji itu.

“ aapp … aappaa alasanmu ?? “ Roy mundur beberapa langkah.

“ sesuai hasil autopsy, jasad Rina di perkirakan mengalami siksaan 5 jam sebelumnya. Indra mengatakan sempat bertemu kamu di dalam mobil ketika mau pulang. Tapi seperti yang kamu jelaskan, mobilmu mogok dan kamu balik masuk rumah untuk meminjam alat2 mobil Om Gondo. Kamu mencoba mencari pak Madi yang ternyata sudah pamitan pulang karena asam uratnya kambuh. Lalu kamu mencari Rikha dikamarnya, tapi pikiranmu berubah saat melihat Rikha membuka sekotak perhiasannya. Barang yang diambil Indra adalah berlian yang akan di jual korban untuk acara Ultahnya. Kamu memaksa Rikha untuk menjual semua perhiasannya tapi Rikha menolak. Di kuasai emosi, kamu menyiksanya. Lalu mengambil peralatan milik pak Madi untuk menyiksa gadis itu. Sayangnya, saat kamu ketahui Rikha sekarat … kamu buru-buru meninggalkannya dan urung mengambil perhiasannya. Jadi, kamulah pembunuhnya ! “

Semua makin terdiam, tak menyangka Roy bakalan setega itu.

“ Roooyy .. kauu .. kaauuu kejam !! tante tak menyangka kamulah pelakunya !! biadap kamuuuu … “ Mama Rikha berteriak-teriak histeris. Menghujami Roy dengan pukulan sakit hati yang luar biasa.

“ sudah ma … tenang ! biar pihak yang berwajib yang menghukumnya ! “ Pak Gondo mendekap Istrinya.

Angin kembali berhembus kencang. Barang-barang yang semula porak poranda, tau-tau kembali ke tempatnya semula. Lalu munculah asap putih yang membumbung dan membentuk sesosok perempuan.

“ mamaaaaa … papaaaa … maafkan Rikhaaaa !! “ arwah Rikha muncul sesaat lalu balik lagi membentuk asap dan menghilang lagi.

" tenanglah kau di alammu, Nak " guman pak Gondo lirih.

Akhirnya arwah Rikha tenang, pembunuh aslinya telah tertangkap dan Ivan berhasil memecahkan kasus keduanya.

Sementara di luar hujan sudah mereda …

BBRRUUUAAKKK … GEDEBUUKK …

“ woooee blekog !! sebelas-dua belas elu juga kaga becus nyetir !! “ terdengar suara Parman ngamuk-ngamuk.

“ masih untung gue nabrak pagar ! ketimbang elu, kaga pernah gagal ngebikin gue nyosor selokan ! “ Udin kaga kalah keselnya.

“ karena kalian, aku yang selalu jadi korban. Apa salahku coba ??? … “ Kribo petakolan nemplok di pagar halaman rumah Rikha.

“ Parmaaann … Kribooo … Uddiiinnn … !! motor bututnya sukses ngebawa kalian nyampe di rumah mewah ini dengan Kurang Selamat … “ tereak bos Jono dari depan teras.

“ Hahahahahahahaaa … “ semuanya cekakakan ngliat ulah somplak Parman cs yang ribet dengan motor bututnya dan gagal menghadiri acara kali ini.

# TAMAT

~ Detektif Koplak ~ Episode : Pembunuhan di Rumah Mewah.

“ Jangan ada yang mendekat !! ini pembunuhan, cepat hubungi polisi !! “

Rumah besar itu di police line. Masyarakat bergerombol menyaksikan proses evakuasi yang berjalan lancer. Wartawan berulang kali mengarahkan kameranya ke jasad perempuan muda yang diperkirakan berusia sekitar 20 tahunan. Pembunuhan sadis yang menghilangkan nyawa seseorang. Wajah sang mayat penuh luka lebam, di perutnya tertancap pisau penghabisan sedangkan di pergelangan tangannya terdapat luka bekas ikatan yang membiru, menandakan bahwa sebelum meninggal, korban sempat di sekap beberapa hari sebelumnya dengan cara diikat.
Pembunuhan dilakukan terhadap seorang mahasiswi bernama Rikha di kediamannya sendiri. Rikha anak tunggal dari seorang pengusaha kaya raya. Karena kesibukan orang tuanya yang sering bolak-balik luar negeri untuk urusan bisnis, Rikha sering pula harus tinggal sendirian di rumahnya. Hanya di temani seorang pembantu dan seorang satpam. Hingga saat diketemukan tewas, polisi telah menetapkan si Satpam sebagai tersangka.

*****
“ skak mat ! horeeee … aku menang lagi man “

“ eh Bo, mana ada kuda jalannya lempeng ? mustinya belok o’on “ Udin ngomel2.

“ lah, ini kuda apa ? “

“ bukan ! ntu kodok ! “ Udin emosi.

“ hwaduh … aku kiraaaa … “

JJJLLLEEBBB …

“ lu kira selop kali !! “

“ aaagggkkk … afu pan mndak lihwat dziiiinnn … “ ujar Kribo masih dengan selop dimulutnya.

Udin cuek lalu naik ke balai bamboo pos ronda sembari naikin sarungnya sebatas leher, menghalau dingin. Dilihatnya bang Jono lagi asyik makan ketoprak.

“ Bang, denger kabar kaga kalo si Rikha, arwahnya jadi sundel bolong ? “ kata Parman sambil duduk ngejogrok nyandar po’on pete.

“ haaahhh …. Ciyuss ?? kabar darimana Man ? “ Jono alay.

“ ya dari penduduk kampung lah bang. Si Otong pernah ngliat penampakan arwah si Rikha saat ngeronda “

“ aaarrgghhh … “ Udin ngejerit ngegigit bibir, merapat kearah Kribo.

“ eeiiittss … sana-sana !! aku ndak mau di gosipin jadi maho “ Kribo ngedorong-dorong body si Buntelan sprei.

“ hhuuhhh … sadis banget lu ! Eeh man, yang bener ? jangan cerita yang kaga-kaga … itu namanya pitnah. Dan pitnah lebih kejam dariiii … darrriiii … dariii … “ Udin mikir keras.

“ dari bang Jono … “

“ iye lebih kejem dari bang Jono … “

PPPLLAAKKK …

“ ape lu bilang ?? “ bos preman melotot ngepalin tangan.

“ aauuwwwhhh … eehh … iiihh … eeerrrggg … eenn … enntuu si Kribo yang nyaut bang, ide diii … ddia … “ Udin mengkeret, Parman cekikikan, Kribo guling-guling.

Udara malam kian dingin, jalanan mulai terlihat sepi. 4 pemuda blo’on dapat giliran ngeronda. Isu hangat tentang kemunculan hantu Rikha sempat membuat Parman cs merapatkan badan 1 sama lain.

Sementara Parman dan Jono hampir terlelap …

“ sstt .. Bo ! anterin gue pipis “ Udin berbisik.

“ haaallllaahh, mau pipis aja takut Din ? ndak ada apa-apa kog ! di balik po’on sana, aku tungguin dari sini “

“ bener ye ? janji tungguin gue ! “

“ iya … iya ! wes cepetan, nanti keburu ngompol kamu “

Udin berjalan di balik po’on sembari bersiul-siul kecil ngilangin takut, lalu buru2 buang air kecil disitu. Saat mau balik ke pos ronda ….

“ huhuhuhuhuuu … hiks … hiks … huhuhuhuuu …. “

Tiba-tiba Udin ngedenger suara cewe nangis. Dilihatnya, seorang perempuan muda cantik bersandar di batang po’on pete sambil mewek sesenggukan. Rambutnya panjang, kulitnya putih bersih, hidungnya bangir dengan bentuk bibir yang sensual seimbang. Udin keheranan, ada cewe cantik nangis tengah malem begini.

“ neng … ngapain dibalik po’on ? nangis pula ? “

“ kaga kenapa-napa bang … “

“ pulang aja ! ntar di cariin keluarga elu “

“ kaga bang, kaga mungkin mereka nyariin. Gue cuman mau minta tolong ama abang … “

“ minta tolong apa’an neng … ?? “

“ nyariin … “ belum sempat nerusin ngomong, bos Preman udah nongol manggilin si Udin.

“ Woe Din ! lu ngapain disitu ? “

“ ini bang … lagi denger curhatan “

“ gue lihat dari tadi elu ngomong sendiri, mulai gila ya ? “

“ iya bang, dari tadi Udin kayak orang edan. Aku perhatiin dan panggil2, pura2 ndak denger “ Kribo nyaut.

“ gue ? ngomong sendiri ? kaga bang, nih ada cee …. “

Udin celingak-celinguk nyariin cewe yang tadinya bersandar di bawah poon pete. Tiba-tiba ngilang tanpa permisi. Bulu kuduk buntelan sprei langsung pada berdiri, rona ketakutan nampak jelas di wajah blo’onnya.

“ tteet … teerruuss … tadi yang … yang ngajakin ngomong gue siapa bang ? “

“ tau, kaga ada seorang cewepun yang gue liat ngebarengin elu “

“ jjaaa … jaaa … jangan-jangannn … “

Ahihihihiii … ahihihihiii … ahihihihiii …

Jono, Kribo, Udin serempak nengok keatas po’on. Sesosok perempuan cantik dengan punggung berlubang dipenuhin belatung duduk di dahan ngebelakangi mereka. Belatungnya jatuh satu-persatu nimpa kepala. Sementara gaun putihnya melambai-lambai menjuntai kebawah.

“ iitt … ituuu … ssuunnn …. Ssuuunnn … “ Udin terbata-bata.

“ sundel bolooooonnngggg …. “ Jono ngibrit duluan.

“ baaanngg tungggguuuuuu … “ Kribo nyusul, ninggalin Parman yang lagi tutupan sarung sekujur badan sembari tidur ngorok-ngorok.

“ woooee … jangan tinggalin gue dong … woooee … gue kaga bisa lariii bannngg “ Udin ngerengek-rengek melas.

Badan gendutnya tertahan, kakinya berat kaga bisa melangkah. Kolornya serasa ada yang nahan hingga si buntelan sprei kaga bisa lari nyusul si bos.

“ baaaanngg .. sundelnya nyekap gueee … “ Udin bener2 ngenes kali ini. Airmatanya meleleh mengalir dipipi.

“ enak aja ! kolor elu nyangkut tuh, kog nuduh gue … ?? ahihihihihiiii “ si sundel protes.

Serta merta Udin langsung nengok kebelakang. Dan …

“ Aaaarrrggghhhhhh …. Sundellll bolonnngggg …. “

WEERRR … KKRRAAAKKK … Kolor Udin sobek.

PENCULUT … PENCULUT … BBRRAAKK … Udin nabrak po’on.

Diluar kesadaran, si karung beras plus buntelan sprei ngelompat-lompat heboh nyrudukin apa aja yang di depannya. Rasa takut yang luar biasa nyebabin dia kaga bisa ngebedain, mana po’on mana tiang …. Semuanya jadi sasaran empuk body buletnya.

AHIHIHIHIIII … UDIN KEECCUUUTTTT ….

*****
“ saya kaga pernah ngebunuh neng Rikha pak … sumpah ! saat kejadian saya lagi sakit dirumah kena asam urat. Beberapa hari saya nggak masuk kerja “ jelas pak Madi, Satpam tersangka pembunuhan Rikha.

Ivan menatap tajam pak Madi, satpam keluarga Rikha. Ada kepolosan dan kejujuran di sorot mata pak Satpam setengah baya itu.

“ jelaskan itu nanti di persidangan, saya usahakan membantu bapak sebisanya kalo memang bapak tidak bersalah “ Ivan mengemasi berkas-berkasnya lalu beranjak pergi meninggalkan kantornya, pulang kerumah.

Tiba dirumah, Ivan merebahkan tubuhnya sebentar di sofa. Teka-teki pembunuhan Rikha, belum berhenti sampai disini. Pak Madi memang punya alibi, tapi hanya Istrinya yang memberikan kesaksian bahwa Pak Madi terus-menerus berada dirumah saat kejadian. Hal itu belum bisa menguatkan alibi pak Madi, karena bisa saja sang istri ingin melindungi suaminya.

“ kalo bukan pak madi, lantas siapa yang membunuh ? sementara barang bukti mengarah ke dia ? “ Ivan mikir keras, diminumnya segelas anggur untuk sedikit menghilangkan penatnya.

WWUUUSHH … WWUUSSHHH … BBBRRAAKK …

Sekelebat bayangan terlihat Ivan mempermainkan pintu kamarnya. Polisi muda kalem dan ganteng itu memperhatikan dengan seksama bayangan yang barusan melintas di depannya. Itu bukan manusia, tapi arwah gentayangan.

“ Rikha … ?? “ guman Ivan.

Bayangan itu kembali melintas dan mempermainkan pintu kamar, terbuka menutup dengan sendirinya.

WWUUUSHH … WWUUSSHHH … BBBRRUUUAAKK …

“ Iddiiihh … gue kejedot pintu egen … “ arwah si Rikha meringis ngadu.

*****
“ wwwhhhaaattt …. Berurusan ama demit lagi ?? ciyuuuusss ?? “ Udin lebay tingkat grosiran.

“ iya … arwah si Rikha menuntun kita untuk mencari pembunuh aslinya “ ujar Ivan.

“ beruntung sekali, cuman gue yang kaga ngliat penampakan si Rikha … “ kata Parman.

“ ya … iyalah, kamu kan wes ngorok malam itu “ sahut Kribo sewot.

“ yaaa … tapi jangan di doa’in ! ngebayangin punggungnya aja, gue udah ngeri badai “

“ lalu apa tugas kita, Van ? “ Jono serius.

Ivan diam sejenak. Berkali-kali polisi muda itu membolak-balik berkas laporannya. Hasil penyelidikannya beberapa hari ini. Masih ada waktu beberapa hari untuk dia menuntaskan kasus ini sebelum pak Madi dijatuhin tuntutan hukuman.

“ 2 hari yang lalu, gue sempat ngedatengin orang tua Rikha. Dari penjelasan mereka, ada sekitar 4 orang yang bisa bebas keluar masuk rumah mewah itu. Pertama, Roy pacar Rikha sekaligus temen sekampus korban. Kedua, guru les Vokalnya … mas Dino Dan sahabatnya Lola, pacar dari sepupunya yang namanya Indra. Lola sering main kerumah Rikha, bahkan tidur disana kalo ortu Rikha sedang keluar negeri. Sepupunya Rikha, si Indra sering pula ke rumah itu untuk nemuin Lola dan Rikha. Diantara ke 4 orang ini, hanya 3 yang gue curigain. Karena mas Dino beberapa hari sebelum dan sesudah kejadian, ada show di Bandung. Alibinya diperkuat dengan kesaksian dari anggota Vokal grup yang dipimpinnya. Tugas kalian adalah mencari tau dan mengorek informasi dari ke 3 orang tersebut. Roy, Lola dan Indra “ jelas Ivan panjang lebar.

Bos Preman ngangguk-ngangguk tanda mengerti.

“ bijimane Man ? “

“ elu din ? ngikut kaga ? ‘

“ begini Man, bang ! karena sesuatu hal yang mendesak, emak sakit gigi dan gue harus ngejagain emak, maka gue putusin …. Putusiiinn … “

“ ngikut kaga lu ? Hah ! hah !! ngikut kaga ? “ Jono megang selop udah besiap nimpuk.

“ mmaakk … maksud gue … gguu .. guue putusin, ngebantuin nyabut gigi emak pake tang … “

PPPLLLEETTAAKK …

Tetep aja tuh selop meluncur dengan sukses di jidat Udin Saepudin yang seluas pantat penggorengan.

“ hadooowww …. “ Udin meringis ngenes.

“ kalo elu bo .. ? “ Jono ngalihin pandangan kebelakang.

“ Boo … kribo .. Booo … Kribooooooo dimana eluuuu ?? ….. “

Si Kribo udah ngilang entah kemana. Esmosi bos Preman langsung naik ke ubun-ubun. Di carinya si Kribo di bawah meja, di balik sofa, di dalam almari … tapi kaga ada. Makin murkalah si bos …

“ Keluar lu Bo !! ataaauuu …. Gue banting nih !! “
Bos Preman ngangkat Udin tinggi-tinggi, muter-muterin bodynya bersiap-siap mau nglempar.

“ aarrgghh … aarrgghhh … kog gue banggg … aaarrrgghh … aaatatatatattataa … keluar lu booooo … “ Udin teriak-teriak heboh dan panic.

“ gue disini baaanngg … ahihihihiii “ Kribo nongol dengan gerakan gemulai seperti kesurupan arwah Rikha.
Bos Preman bengong. Lalu ….

“ aaagghh … aagghh … aaggghhh setaaaannnn ….. “

GEDEBUKK … BBRRUUAAKK .. NYUNGSEP …

Udin bener2 terlempar, nyungsep nyium ubin dan Kakinya nyangkut di sofa.
Parman, Kribo dan Ivan ketawa ngakak. Secara mereka tau kalo Kribo cuman acting.

*****
Semua berkumpul di rumah orang tua Rikha. Ada Lola, Roy dan Indra. Saat itu tahlilan 40 harinya Rikha. Semua pada ngumpul. Mama dan Papa Rikha memberi izin pada Ivan untuk melakukan penyelidikan. Di rumah ini polisi muda ini akan menjebak mereka.

Di sofa berwarna biru langit, telah duduk menunggu si Lola gadis cantik dengan potongan rambut model bob pendek, di semir kecoklatan selaras dengan warna kulitnya. Roy, pria muda berpenampilan rapi, ganteng dan elegant. Sedangkan Indra berlawanan dengan penampilan Roy. Rambutnya gondrong acak-acakan, pakaiannya terkesan apa adanya dengan kumis yang jarang di cukur. Senyumnya pun sinis kurang bersahabat.

Ivan melirik masing2 dari mereka, acara tahlilan baru saja selese di gelar. Kini saatnya makan malam untuk para tamu undangan khusus. Ivan dan Jono udah datang duluan, tinggal Parman, Udin dan Kribo yang belum nyampe. Entah kemana si butut ngebawa kabur mereka, yang pasti hingga acara selese, mereka belum juga datang.

# Apa yang terjadi dengan Parman, Udin dan Kribo ?? ikutin terus serialnya hanya di http;//cerpen-alya.blogspot.com

Sabtu, 22 Desember 2012

PENYESALAN


PENYESALAN


Angin malam berhembus kencang menerjang lapisan kulit setiap insan yang merasakan meski rembulan tampil dengan bulat sempurna meski bintang-bintang terang benderang menghiasi malam, namun pemandangan tersebut tak turut menghibur hati Jono yang sedang padam bagai tersiram air yang deras.
Jono adalah seorang pria yang sedang berkepala lima akan tetapi satu persatu anaknya pergi meninggalkan Jono dan istrinya, mereka tidak tahan dengan kondisi ekonomi keluarganya.

Jono termenung tak berdaya, pandangannya kosong yang di pikirnya hanya satu bagaimana ia mendapatkan uang dan tidur pulas di rumah bersama Tini istrinya dan Riko anaknya yang masih tersisa, ia tak berani pulang ke rumah dengan tangan hampa sebab jika pulang ia hanya mendapatkan cacian dari sang istri bahkan ia di suruh tidur di luar rumah, sebenarnya Jono tak tahan lagi atas perlakuan Tini, namun apa daya nasi telah menjadi bubur padahal sejak masih menjadi kekasihnya ,Ibu Jono melarang Jono berhubungan dengan Tini,Ibu Jono tidak suka dengan sikap Tini yang sombong dan tak sopan itu akan tetapi Jono memperdulikannya, ia hanya ingin menikah dan membangun keluarga baru bersama istrinya yang cantik yaitu Tini dan kini hanya ada penyesalan yang mendalam yang di rasakan seorang pria yang selalu memakai kaca mata minues, selain hidupnya sengsara,ia pun sudah di coret dalam buku harta warisan orang tuanya,bahkan ia menikah tanpa restu dan kehadiran sang Ibu yang dulu di sayangnya.

Dua jam berlalu, Jono masih dalam posisinya, duduk dan memandangi bintang di langit berharap bintang itu jatuh kemudian ia dapat berdoa agar seseorang dapat membantu kesusahannya.Dua jam yang tak sia-sia tiba-tiba benda asing jatuh dari langit,melihat peristiwa tersebut sontak membuat Jono terkejut, ia beranggapan bahwa benda asing itu adalah sebuah bintang yang jatuh dari angkasa,tanpa pikir panjang Jono segera memanjatkan doanya.
“wahai bintang yang jatuh bantu lah aku dari kesusahan ini, berilah jalan keluar untuk ku”,harapannya yang keluar dari mulut manisnya, meski ia masih percaya dengan Tuhan.
Selang beberapa menit, suara handphone yang di ikat kuat menggunakan gelang karet di permukaannya berbunyi dengan nada yang beraturan, senyum lebar terpasang di bibirnya namun memori otaknya masih mengingat istri dan anaknya.
“semoga saja ini berita baik untuk ku”,ucapnya dalam hati.
Tangan kanannya yang semula memegang permukaan kursi kini beranjak naik merangkul benda kotak kecil itu di saku bajunya, sebuah pesan singkat dari seseorang yang tak asing dipikirannya.
JONO TOLONG PULANG KE RUMAH, IBU MU SAKIT PARAH
Melihat pesan tersebut ekpresi wajahnya mendadak berubah,aliran darahnhya seakan-akan tak mau mengalir,jantung terasa teriris belati tajam,tak terasa butir-butir air mata menetes,menetes,dan terus menetes hingga kini ia di banjiri tangisan,doanya yang sudah ia ucapkan berbalik menjadi bumerang untuk hidupnya.
“wahai bintang !,mengapa kau kabulkan doa yang bukan aku harapkan,mengapa kau tega kepada ku?,menambah beban di hidup ku”,protesnya seraya membentangkan kedua tangannya,wajahnya menatap ke atas langit memberi ekpresi kesal, seolah tak terima dengan berita buruk yang telah ia dapatkan.

Derai air mata yang pada saat itu terus mengalir membasahi pipinya,mengingatkannya saat ia membuat segores luka di hati ibu nya, mendorong sang ibu hingga terjatuh dan akhirnya Ayah mengusirnya bersama istrinya,mungkinkah ini balasan untuk ku ?, ataukah buah dari perbuatan ku selama ini kepada Ibu,pikirnya dalam hati.
Akhirnya ia bergegas menuju rumah orang tuanya yang sangat membutuhkan kehadirannya,ia tak peduli nanti jika ibu nya tak menerima kedatangannya,asalkan ia bisa bertemu dengan ibu,dan ibu nya lah saja.

Sepeda besi berkarat yang setia menemani kemana Jono pergi itu di kayuhnya,berkilo-kilo meter jarak yang ia tempuh,keringat terus mengguyur seluruh tubuhnya,lelah pun di rasakan oleh seorang anak yang merindukan sosok ibu, namun semua itu terbayar ketika ban kendaraan tak bermesin itu berhenti tepat di sebuah rumah yang sangat megah, rumah itu milik keluarga besar KURNIAWAN, rumah yang menemaninya hampir dua puluh tahun,pintu gerbang yang biasa ia lewati menuju rumah, ayunan yang sejak kecil ia pakai untuk bermain, kursi bercat putih yang tidak berubah tampilannya yang dulu ia pakai untuk sekedar duduk-duduk saja, kini membawanya ke dunia masa lalu, masa lalu yang indah dimana ia selalu di peluk oleh ibu,dimana ibu dan ayahnya selalu memberi senyuman indah untuknya.Dari balik pintu terlihat sosok manusia yang berbadan gemuk,berkaca mata,dan berambut pelontos melemparkan satu senyuman manis tepat mengenai Jono.
“Ono kesini lah nak, ayah dan ibu merindukanmu”,rayu sang ayah seraya membentangkan tangannya berharap sang anak memeluk dirinya.
“ayah,maafkan jono, jono menyesal telah berbuat seperti ini”,balasnya dengan nada yang tak jelas akibat isak tangis yang memburu kemudian memeluk tubuh ayahnya.
“sudahlah jono jangan kau sesalkan perbuatan mu dulu karena itu sudah ayah lupakan,ayah dan ibu sudah memaafkan mu, ayah dan ibu juga meminta maaf karena sudah mengusir mu”,jawab ayah seraya mengelus punggungnya.
Perbincangan ayah dan anak tersebut terdengar oleh seorang wanita tua yang tertutupi oleh uban di rambutnya.
“ayah di luar ada siapa ?”,tanya ibu dengan suara serak sesekali ia batuk.
Pandangan Jono tertuju ke arah Ayah, setelah pandangannya dan pendengarannya mengarah ke pintu rumah.
“itu ibu nak,ayo lah masuk ke dalam, bertemu lah dengan ibu mu, ibu sangat merindukan mu”,ajak sang ayah kepadanya
“nanti saja yah, Jono belum siap untuk bertemu ibu, mungkin besok Jono datang bersama keluarga”,ujar Jono seraya memegang tangan ayah.
“baiklah,ayah mengerti ya sudah pulanglah nak,istri dan anak-anak mu mungkin mengkhawatirkan mu”,ucap ayah memberi satu lagi senyuman manis.

Akhirnya Jono pulang dan kembali ke rumahnya dengan rasa senang,tenang dan nyaman meski Jono masih belum bertemu dengan ibunya setidaknya ayah masih menyambutnya dengan ramah. Ditengah perjalanan ia dikejutkan dengan temuan benda asing, benda asing yang berbentuk botol itu memaksa ban sepeda jono berhenti untuk kedua kalinya, rasa ingin tau nya muncul dipegangnya botol itu oleh jono kemudian penutup botol itu terbuka ketika jono memaksakan tangannya untuk membuka, tiba-tiba dari botol itu keluar asap tebal yang menutupi seluruh pandangannya, namun ketika asap itu sedikit demi sedikit menghilang pandangan jono tertuju pada sosok orang yang berpostur tinggi jenggotnya dipenuhi uban penampilannya pun sangat membingungkan jono.
“siapa kau!.”ujar jono mengangkat telunjuknya kearah orang asing itu.
“hahaha...,aku adalah jin dari timur tengah, karena tuan telah menyelamatkan hamba, hamba beri satu permintaan, apa saja yang tuan minta hamba akan kabulkan, hahaha... .”jawab jin itu puas.
Mendengar penjelasan jin, jono seolah tak percaya namun apa salahnya jika mencoba, pikirnya.
“baiklah jika kau bisa kabulkan permintaan ku aku akan percaya padamu jika tidak kau berarti hanya seorang pembual.”
“memang apa permintaan mu wahai tuan ku?.”
“aku ingin kembali ke dua puluh tahun lalu itu saja permintaan ku wahai mahluk halus.”
“Wahai tuan ku !, maaf kan aku jika aku lancang, aku hanya ingin tahu dibalik permintaan mu itu, sungguh aku tak mengetahui maksud permintaan mu.”
“wahai jin !,jika kau kabulkan permintaan ku nanti, di masa lalu itu aku ingin berubah dan lebih menghargai kedua orang tua ku termasuk ibuku.”
Mendengar jawaban jono, jin itu menangis dan akhirnya permintaan jono itu dikabulkan olehnya dengan memberi satu pesan kepada jono.

SESUNGGUHNYA PENYESALAN ITU AKAN DATANG SETELAH KITA BERBUAT SATU KESALAHAN, MAKA JANGAN LAH MELAKUKAN KEMBALI KESALAHAN ITU KARENA JIKA MELAKUKAN KEMBALI BERSIAPLAH UNTUK MENGHADAPI PENYESALAN.

THE END


Nama: Reka kurniawan
Alamat: Rangkasbitung-Lebak-Banten
TTL:Rangkasbitung, 20 juni 1995
Sekolah: SMAN 3 RANGKASBITUNG
Alamat facebook: ekha pinkboysz

Senin, 10 Desember 2012

Surat Thaha

﴾بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحيمِ َ﴿
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
﴿ طٰهٰ َ﴾
1. Thâ Hâ.
﴿ ما أَنْزَلْنا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقى‏ َ﴾
2. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah;
﴿ إِلاَّ تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشى‏ َ﴾
3. tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah,
﴿ تَنْزيلاً مِمَّنْ خَلَقَ الْأَرْضَ وَ السَّماواتِ الْعُلى‏ َ﴾
4. yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.
﴿ الرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوى‏ َ﴾
5. (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arasy.
﴿ لَهُ ما فِي السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ وَما بَيْنَهُما وَما تَحْتَ الثَّرى‏ َ﴾
6. Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit dan di bumi, serta semua yang di antara keduanya dan semua yang tersembunyi di bawah tanah.
﴿ وَ إِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَ أَخْفى‏ َ﴾
7. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.
﴿ ٱللهُ لا إِلهَ إِلاَّ هُوَ لَهُ الْأَسْماءُ الْحُسْنى‏ َ﴾
8. Dialah Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Dia mempunyai al-Asmâ’ al-Husnâ (nama-nama yang terbaik).
﴿ وَ هَلْ أَتاكَ حَديثُ مُوسى‏ َ﴾
9. Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa?
﴿ إِذْ رَأى‏ ناراً فَقالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ ناراً لَعَلِّي آتيكُمْ مِنْها بِقَبَسٍ أَوْ أَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدىً َ﴾
10. Ketika ia melihat api (dari jauh), lalu berkata kepada keluarganya, “Tinggallah kamu (di sini) sebentar. Sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit darinya kepadamu atau aku akan dapat menemukan jalan dengan perantara api itu.”
﴿ فَلَمَّا أَتاها نُودِيَ يا مُوسى‏ َ﴾
11. Maka ketika ia mendatangi api itu, ia dipanggil, “Hai Musa,
﴿ إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوادِ الْمُقَدَّسِ طُوىً َ﴾
12. Sesungguhnya Aku inilah Tuhan-mu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwâ.
﴿ وَ أَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِما يُوحى‏ َ﴾
13. Dan Aku telah memilihmu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).
﴿ إِنَّني‏ أَنَا اللهُ لا إِلهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدْني‏ وَ أَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْري َ﴾
14. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat-Ku.
﴿ إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ أَكادُ أُخْفيها لِتُجْزى‏ كُلُّ نَفْسٍ بِما تَسْعى َ﴾
15. Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.
﴿ فَلا يَصُدَّنَّكَ عَنْها مَنْ لا يُؤْمِنُ بِها وَ اتَّبَعَ هَواهُ فَتَرْدى‏ َ﴾
16. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan darinya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu menjadi binasa.
﴿ وَما تِلْكَ بِيَمينِكَ يا مُوسى‏ َ﴾
17. Apakah itu yang ada di tangan kananmu, hai Musa?”
﴿ قالَ هِيَ عَصايَ أَتَوَكَّؤُا عَلَيْها وَ أَهُشُّ بِها عَلى‏ غَنَمي‏ وَ لِيَ فيها مَآرِبُ أُخْرى‏ َ﴾
18. Musa berkata, “Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (dedaunan) dengannya untuk kambingku, dan aku (juga) memiliki keperluan yang lain dengannya.”
﴿ قالَ أَلْقِها يا مُوسى‏ َ﴾
19. Allah berfirman, “Lemparkanlah tongkat itu, hai Musa!”
﴿ فَأَلْقاها فَإِذا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعى َ﴾
20. Lalu ia melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular naga yang merayap dengan cepat.
﴿ قالَ خُذْها وَلا تَخَفْ سَنُعيدُها سيرَتَهَا الْأُولى‏ َ﴾
21. Allah berfirman, “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula.
﴿ وَ اضْمُمْ يَدَكَ إِلى‏ جَناحِكَ تَخْرُجْ بَيْضاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ آيَةً أُخْرى‏ َ﴾
22. Dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu niscaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain (pula),
﴿ لِنُرِيَكَ مِنْ آياتِنَا الْكُبْرى‏ َ﴾
23. untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar.
﴿ اذْهَبْ إِلى‏ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغى‏ َ﴾
24. Pergilah kepada Fira‘un; sesungguhnya ia telah melampaui batas.”
﴿ قالَ رَبِّ اشْرَحْ لي‏ صَدْري َ﴾
25. Musa berkata, “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,
﴿ وَ يَسِّرْ لي‏ أَمْري َ﴾
26. dan mudahkanlah untukku urusanku,
﴿ وَ احْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِساني َ﴾
27. dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
﴿ يَفْقَهُوا قَوْلي‏ َ﴾
28. supaya mereka mengerti perkataanku.
﴿ وَ اجْعَلْ لي‏ وَزيراً مِنْ أَهْلي‏ َ﴾
29. Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku,
﴿ هارُونَ أَخي‏ َ﴾
30. (yaitu) Harun, saudaraku.
﴿ اشْدُدْ بِهِ أَزْري َ﴾
31. Teguhkanlah dengan dia kekuatanku,
﴿ وَ أَشْرِكْهُ في‏ أَمْري َ﴾
32. dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku,
﴿ كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثيراً َ﴾
33. supaya kami banyak bertasbih kepada-Mu,
﴿ وَ نَذْكُرَكَ كَثيراً َ﴾
34. dan banyak mengingat-Mu.
﴿ إِنَّكَ كُنْتَ بِنا بَصيراً َ﴾
35. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Mengetahui (keadaan) kami.”
﴿ قالَ قَدْ أُوتيتَ سُؤْلَكَ يا مُوسى‏ َ﴾
36. Allah berfirman, “Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa.
﴿ وَ لَقَدْ مَنَنَّا عَلَيْكَ مَرَّةً أُخْرى‏ َ﴾
37. Dan sesungguhnya Kami telah memberi anugerah kepadamu pada kali yang lain,
﴿ إِذْ أَوْحَيْنا إِلى‏ أُمِّكَ ما يُوحى‏ َ﴾
38. yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan,
﴿ أَنِ اقْذِفيهِ فِي التَّابُوتِ فَاقْذِفيهِ فِي الْيَمِّ فَلْيُلْقِهِ الْيَمُّ بِالسَّاحِلِ يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ لي‏ وَ عَدُوٌّ لَهُ وَ أَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي وَ لِتُصْنَعَ عَلى‏ عَيْني‏ َ﴾
39. yaitu, ‘Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), lalu sungai itu pasti membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fira‘un) musuh-Ku dan musuhnya.’ Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.
﴿ إِذْ تَمْشي‏ أُخْتُكَ فَتَقُولُ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلى‏ مَنْ يَكْفُلُهُ فَرَجَعْناكَ إِلى‏ أُمِّكَ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُها وَلا تَحْزَنَ وَ قَتَلْتَ نَفْساً فَنَجَّيْناكَ مِنَ الْغَمِّ وَ فَتَنَّاكَ فُتُوناً فَلَبِثْتَ سِنينَ في‏ أَهْلِ مَدْيَنَ ثُمَّ جِئْتَ عَلى‏ قَدَرٍ يا مُوسى‏ َ﴾
40. (yaitu) ketika saudara perempuanmu berjalan (di dekat istana Fira‘un), lalu ia berkata kepada (keluarga Firaun), ‘Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?’ Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan. Setelah itu kamu tinggal beberapa tahun di antara penduduk Madyan, kemudian kamu datang (ke sini) menurut waktu yang ditetapkan (untuk menerima risalah) hai Musa.
﴿ وَ اصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسي‏ َ﴾
41. dan Aku telah mendidikmu untuk diri-Ku.
﴿ اذْهَبْ أَنْتَ وَ أَخُوكَ بِآياتي‏ وَلا تَنِيا في‏ ذِكْري َ﴾
42. Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku;
﴿ اذْهَبا إِلى‏ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغى‏ َ﴾
43. Pergilah kamu berdua kepada Fira‘un, sesungguhnya dia telah melampaui batas;
﴿ فَقُولا لَهُ قَوْلاً لَيِّناً لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشى‏ َ﴾
44. maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.”
﴿ قالا رَبَّنا إِنَّنا نَخافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنا أَوْ أَنْ يَطْغى َ﴾
45. Mereka berdua berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir ia segera menyiksa kami (sebelum sempat kami menjelaskan kebenaran) atau akan bertambah melampaui batas (dan tidak menerima kebenaran).”
﴿ قالَ لا تَخافا إِنَّني‏ مَعَكُما أَسْمَعُ وَ أَرى‏ َ﴾
46. Allah berfirman, “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu, Aku mendengar dan melihat.
﴿ فَأْتِياهُ فَقُولا إِنَّا رَسُولا رَبِّكَ فَأَرْسِلْ مَعَنا بَني‏ إِسْرائيلَ وَلا تُعَذِّبْهُمْ قَدْ جِئْناكَ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكَ وَ السَّلامُ عَلى‏ مَنِ اتَّبَعَ الْهُدى‏ َ﴾
47. Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fira‘un) dan katakanlah, “Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhan-mu, maka lepaskanlah Bani Isra’il bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhan-mu. Semoga keselamatan dan kesejahteraan terlimpahkan atas orang yang mengikuti petunjuk.
﴿ إِنَّا قَدْ أُوحِيَ إِلَيْنا أَنَّ الْعَذابَ عَلى‏ مَنْ كَذَّبَ وَ تَوَلَّى َ﴾
48. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling.”
﴿ قالَ فَمَنْ رَبُّكُما يا مُوسى‏ َ﴾
49. Fira‘un berkata, “Siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?”
﴿ قالَ رَبُّنَا الَّذي أَعْطى‏ كُلَّ شَيْ‏ءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدى‏ َ﴾
50. Musa berkata, “Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada makhluk-Nya segala sesuatu (yang mereka butuhkan), kemudian memberi petunjuk kepada mereka.”
﴿ قالَ فَما بالُ الْقُرُونِ الْأُولى‏ َ﴾
51. Fira‘un berkata, “Lalu bagaimanakah nasib umat-umat terdahulu (yang tidak beriman kepada semua itu)?”
﴿ قالَ عِلْمُها عِنْدَ رَبِّي في‏ كِتابٍ لا يَضِلُّ رَبِّي وَ لا يَنْسى‏ َ﴾
52. Musa menjawab, “Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku di dalam sebuah kitab, Tuhanku tidak akan salah dan tidak (pula) lupa;
﴿ الَّذي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْداً وَ سَلَكَ لَكُمْ فيها سُبُلاً وَ أَنْزَلَ مِنَ السَّماءِ ماءً فَأَخْرَجْنا بِهِ أَزْواجاً مِنْ نَباتٍ شَتَّى َ﴾
53. (Tuhan) tang telah menjadikan bumi bagimu sebagai tempat kehidupan yang tenang dan telah menjadikan jalan-jalan bagimu di bumi itu, dan menurunkan air hujan dari langit.” Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.
﴿ كُلُوا وَ ارْعَوْا أَنْعامَكُمْ إِنَّ في‏ ذلِكَ لَآياتٍ لِأُولِي النُّهى‏ َ﴾
54. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.
﴿ مِنْها خَلَقْناكُمْ وَ فيها نُعيدُكُمْ وَ مِنْها نُخْرِجُكُمْ تارَةً أُخْرى‏ َ﴾
55. Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu, serta darinya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.
﴿ وَ لَقَدْ أَرَيْناهُ آياتِنا كُلَّها فَكَذَّبَ وَ أَبى‏ َ﴾
56. Dan sesungguhnya Kami telah memperlihatkan kepadanya (Fira‘un) tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya, lalu ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran).
﴿ قالَ أَجِئْتَنا لِتُخْرِجَنا مِنْ أَرْضِنا بِسِحْرِكَ يا مُوسى‏ َ﴾
57. Fira‘un berkata, “Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, hai Musa?
﴿ فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسِحْرٍ مِثْلِهِ فَاجْعَلْ بَيْنَنا وَ بَيْنَكَ مَوْعِداً لا نُخْلِفُهُ نَحْنُ وَلا أَنْتَ مَكاناً سُوىً َ﴾
58. Dan kami pun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu. Maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya).”
﴿ قالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَ أَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى َ﴾
59. Musa berkata, “Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah masyarakat dikumpulkan pada waktu matahari naik sepenggalahan.”
﴿ فَتَوَلَّى فِرْعَوْنُ فَجَمَعَ كَيْدَهُ ثُمَّ أَتى‏ َ﴾
60. Dan Fira‘un meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang.
﴿ قالَ لَهُمْ مُوسى‏ وَيْلَكُمْ لا تَفْتَرُوا عَلَى اللهِ كَذِباً فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذابٍ وَ قَدْ خابَ مَنِ افْتَرى‏ َ﴾
61. Musa berkata kepada mereka, “Celakalah kamu! Janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa. Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan.”
﴿ فَتَنازَعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ وَ أَسَرُّوا النَّجْوى‏ َ﴾
62. Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka sendiri, dan mereka merahasiakan percakapan (mereka).
﴿ قالُوا إِنْ هذانِ لَساحِرانِ يُريدانِ أَنْ يُخْرِجاكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِما وَ يَذْهَبا بِطَريقَتِكُمُ الْمُثْلى‏ َ﴾
63. Mereka berkata, “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusirmu dari negerimu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kebiasaanmu yang utama.
﴿ فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا وَ قَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلى‏ َ﴾
64. Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris, dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari ini.”
﴿ قالُوا يا مُوسى‏ إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَ إِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقى‏ َ﴾
65. (Setelah berkumpul) mereka berkata, “Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?”
﴿ قالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذا حِبالُهُمْ وَ عِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّها تَسْعى‏ َ﴾
66. Musa berkata, “Silakan kamu sekalian melemparkan.” Maka tiba-tiba tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang kepada Musa seakan-akan merayap cepat lantaran sihir mereka.
﴿ فَأَوْجَسَ في‏ نَفْسِهِ خيفَةً مُوسى‏ َ﴾
67. Maka Musa merasa takut dalam hatinya.
﴿ قُلْنا لا تَخَفْ إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعْلى‏ َ﴾
68. Kami berkata, “Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).
﴿ وَ أَلْقِ ما في‏ يَمينِكَ تَلْقَفْ ما صَنَعُوا إِنَّما صَنَعُوا كَيْدُ ساحِرٍ وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتى‏ َ﴾
69. Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang.”
﴿ فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّداً قالُوا آمَنَّا بِرَبِّ هارُونَ وَ مُوسى‏ َ﴾
70. Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata, “Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa.”
﴿ قالَ آمَنْتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبيرُكُمُ الَّذي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَ أَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلافٍ وَ لَأُصَلِّبَنَّكُمْ في‏ جُذُوعِ النَّخْلِ وَ لَتَعْلَمُنَّ أَيُّنا أَشَدُّ عَذاباً وَ أَبْقى‏ َ﴾
71. Fira‘un berkata, “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian? Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, menyalibmu sekalian pada pangkal pohon kurma, dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya.”
﴿ قالُوا لَنْ نُؤْثِرَكَ عَلى‏ ما جاءَنا مِنَ الْبَيِّناتِ وَ الَّذي فَطَرَنا فَاقْضِ ما أَنْتَ قاضٍ إِنَّما تَقْضي‏ هذِهِ الْحَياةَ الدُّنْيا َ﴾
72. Mereka berkata, “Demi Tuhan yang telah menciptakan kami, kami sekali-kali tidak akan mengutamakanmu atas bukti-bukti yang nyata (mukjizat) yang telah datang kepada kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja.
﴿ إِنَّا آمَنَّا بِرَبِّنا لِيَغْفِرَ لَنا خَطايانا وَما أَكْرَهْتَنا عَلَيْهِ مِنَ السِّحْرِ وَ اللهُ خَيْرٌ وَ أَبْقى‏ َ﴾
73. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah adalah lebih baik dan lebih kekal.”
﴿ إِنَّهُ مَنْ يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِماً فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لا يَمُوتُ فيها وَلا يَحْيى‏ َ﴾
74. Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahanam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.
﴿ وَ مَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِناً قَدْ عَمِلَ الصَّالِحاتِ فَأُولئِكَ لَهُمُ الدَّرَجاتُ الْعُلى َ﴾
75. Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia),
﴿ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْري مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ خالِدينَ فيها وَ ذلِكَ جَزاءُ مَنْ تَزَكَّى َ﴾
76. (yaitu) surga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).
﴿ وَ لَقَدْ أَوْحَيْنا إِلى‏ مُوسى‏ أَنْ أَسْرِ بِعِبادي فَاضْرِبْ لَهُمْ طَريقاً فِي الْبَحْرِ يَبَساً لا تَخافُ دَرَكاً وَلا تَخْشى‏ َ﴾
77. Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa, “Pergilah kamu dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Isra’il) di malam hari (dari Mesir), lalu buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, sehingga kamu tak usah khawatir akan tersusul (oleh bala tentara Fira‘un) dan tidak usah takut (akan tenggelam).”
﴿ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُودِهِ فَغَشِيَهُمْ مِنَ الْيَمِّ ما غَشِيَهُمْ َ﴾
78. Maka Fira‘un dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka.
﴿ وَ أَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهُ وَما هَدى‏ َ﴾
79. Dan Fira‘un telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk.
﴿ يا بَني‏ إِسْرائيلَ قَدْ أَنْجَيْناكُمْ مِنْ عَدُوِّكُمْ وَ واعَدْناكُمْ جانِبَ الطُّورِ الْأَيْمَنَ وَ نَزَّلْنا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَ السَّلْوى َ﴾
80. Hai Bani Isra’il, sesungguhnya Kami telah menyelamatkan kamu sekalian dari musuhmu, mengadakan perjanjian dengan kamu sekalian (untuk munajat) di sebelah kanan gunung Thursina, dan Kami telah menurunkan kepada kamu sekalian manna dan salwâ.
﴿ كُلُوا مِنْ طَيِّباتِ ما رَزَقْناكُمْ وَلا تَطْغَوْا فيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبي‏ وَمَنْ يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبي‏ فَقَدْ هَوى‏ َ﴾
81. Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barang siapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.
﴿ وَ إِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تابَ وَ آمَنَ وَ عَمِلَ صالِحاً ثُمَّ اهْتَدى‏ َ﴾
82. Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian mendapat petunjuk.
﴿ وَما أَعْجَلَكَ عَنْ قَوْمِكَ يا مُوسى‏ َ﴾
83. Hai Musa, mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu (dan terburu-buru datang ke gunung Thursina)?
﴿ قالَ هُمْ أُولاءِ عَلى‏ أَثَري وَ عَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضى‏ َ﴾
84. Musa berkata, “Itulah mereka sedang menyusulku dan aku bersegera kepada-Mu, Ya Tuhanku, agar supaya Engkau rida (kepadaku).”
﴿ قالَ فَإِنَّا قَدْ فَتَنَّا قَوْمَكَ مِنْ بَعْدِكَ وَ أَضَلَّهُمُ السَّامِرِيُّ َ﴾
85. Allah berfirman, “Sesungguhnya kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.”
﴿ فَرَجَعَ مُوسى‏ إِلى‏ قَوْمِهِ غَضْبانَ أَسِفاً قالَ يا قَوْمِ أَلَمْ يَعِدْكُمْ رَبُّكُمْ وَعْداً حَسَناً أَفَطالَ عَلَيْكُمُ الْعَهْدُ أَمْ أَرَدْتُمْ أَنْ يَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَخْلَفْتُمْ مَوْعِدي َ﴾
86. Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Musa berkata, “Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Apakah waktu perpisahanku denganmu terasa lama bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu sehingga kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?”
﴿ قالُوا ما أَخْلَفْنا مَوْعِدَكَ بِمَلْكِنا وَ لكِنَّا حُمِّلْنا أَوْزاراً مِنْ زينَةِ الْقَوْمِ فَقَذَفْناها فَكَذلِكَ أَلْقَى السَّامِرِيُّ َ﴾
87. Mereka berkata, “Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, lalu kami melemparkannya.” Dan demikian Samiri mempengaruhi.
﴿ فَأَخْرَجَ لَهُمْ عِجْلاً جَسَداً لَهُ خُوارٌ فَقالُوا هذا إِلهُكُمْ وَ إِلهُ مُوسى‏ فَنَسِيَ َ﴾
88. Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Maka mereka berkata (kepada sesamanya), “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.”
﴿ أَفَلا يَرَوْنَ أَلاَّ يَرْجِعُ إِلَيْهِمْ قَوْلاً وَلا يَمْلِكُ لَهُمْ ضَرًّا وَلا نَفْعاً َ﴾
89. Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?
﴿ وَ لَقَدْ قالَ لَهُمْ هارُونُ مِنْ قَبْلُ يا قَوْمِ إِنَّما فُتِنْتُمْ بِهِ وَ إِنَّ رَبَّكُمُ الرَّحْمٰنُ فَاتَّبِعُوني‏ وَ أَطيعُوا أَمْري َ﴾
90. Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya, “Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pengasih, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku.”
﴿ قالُوا لَنْ نَبْرَحَ عَلَيْهِ عاكِفينَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْنا مُوسى‏ َ﴾
91. Mereka menjawab, “Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami.”
﴿ قالَ يا هارُونُ ما مَنَعَكَ إِذْ رَأَيْتَهُمْ ضَلُّوا َ﴾
92. Musa berkata, “Hai Harun, apa yang menghalangimu (untuk mencegah mereka) ketika kamu melihat mereka telah sesat?
﴿ أَلاَّ تَتَّبِعَنِ أَفَعَصَيْتَ أَمْري َ﴾
93. Apakah kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?”
﴿ قالَ يَا بْنَ أُمَّ لا تَأْخُذْ بِلِحْيَتي‏ وَلا بِرَأْسي‏ إِنِّي خَشيتُ أَنْ تَقُولَ فَرَّقْتَ بَيْنَ بَني‏ إِسْرائيلَ وَلَمْ تَرْقُبْ قَوْلي‏ َ﴾
94. Harun menjawab, “Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku), “Kamu telah memecah antara Bani Isra’il dan kamu tidak memelihara amanahku.”
﴿ قالَ فَما خَطْبُكَ يا سامِرِيُّ َ﴾
95. Musa berkata, “Hai Samiri, mengapa engkau berbuat demikian?”
﴿ قالَ بَصُرْتُ بِما لَمْ يَبْصُرُوا بِهِ فَقَبَضْتُ قَبْضَةً مِنْ أَثَرِ الرَّسُولِ فَنَبَذْتُها وَ كَذلِكَ سَوَّلَتْ لي‏ نَفْسي‏ َ﴾
96. Samiri menjawab, “Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya. Maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku.”
﴿ قالَ فَاذْهَبْ فَإِنَّ لَكَ فِي الْحَياةِ أَنْ تَقُولَ لا مِساسَ وَ إِنَّ لَكَ مَوْعِداً لَنْ تُخْلَفَهُ وَ انْظُرْ إِلى‏ إِلهِكَ الَّذي ظَلْتَ عَلَيْهِ عاكِفاً لَنُحَرِّقَنَّهُ ثُمَّ لَنَنْسِفَنَّهُ فِي الْيَمِّ نَسْفاً َ﴾
97. Musa berkata, “Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan, “Janganlah menyentuh (aku).” Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan).
﴿ إِنَّما إِلهُكُمُ اللهُ الَّذي لا إِلهَ إِلاَّ هُوَ وَسِعَ كُلَّ شَيْ‏ءٍ عِلْماً َ﴾
98. Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.”
﴿ كَذلِكَ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْباءِ ما قَدْ سَبَقَ وَ قَدْ آتَيْناكَ مِنْ لَدُنَّا ذِكْراً َ﴾
99. Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang telah lalu, dan sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan (Al-Qur’an).
﴿ مَنْ أَعْرَضَ عَنْهُ فَإِنَّهُ يَحْمِلُ يَوْمَ الْقِيامَةِ وِزْراً َ﴾
100. Barang siapa berpaling dari Al-Qur’an, maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat,
﴿ خالِدينَ فيهِ وَ ساءَ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيامَةِ حِمْلاً َ﴾
101. mereka kekal di dalam keadaan itu. Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat.
﴿ يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ وَ نَحْشُرُ الْمُجْرِمينَ يَوْمَئِذٍ زُرْقاً َ﴾
102. (Yaitu) di hari (yang di waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan tubuh muka yang biru memar;
﴿ يَتَخافَتُونَ بَيْنَهُمْ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلاَّ عَشْراً َ﴾
103. mereka berbisik-bisik di antara mereka, “Kamu tidak tinggal (di alam Barzakh) melainkan hanyalah sepuluh (hari).”
﴿ نَحْنُ أَعْلَمُ بِما يَقُولُونَ إِذْ يَقُولُ أَمْثَلُهُمْ طَريقَةً إِنْ لَبِثْتُمْ إِلاَّ يَوْماً َ﴾
104. Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika orang yang paling lurus jalannya di antara mereka berkata, “Kamu tidak tinggal melainkan hanyalah sehari saja.”
﴿ وَ يَسْئَلُونَكَ عَنِ الْجِبالِ فَقُلْ يَنْسِفُها رَبِّي نَسْفاً َ﴾
105. Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung. Maka katakanlah, “Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya,
﴿ فَيَذَرُها قاعاً صَفْصَفاً َ﴾
106. lalu Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar tak berair dan tak bertumbuhan.
﴿ لا تَرى‏ فيها عِوَجاً وَ لا أَمْتاً َ﴾
107. Kamu tidak melihat sedikit pun padanya tempat yang rendah dan yang tinggi.
﴿ يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ الدَّاعِيَ لا عِوَجَ لَهُ وَ خَشَعَتِ الْأَصْواتُ لِلرَّحْمٰنِ فَلا تَسْمَعُ إِلاَّ هَمْساً َ﴾
108. Pada hari itu manusia mengikuti penyeru (Ilahi) dengan tidak memiliki kemampuan untuk menentang; dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, dan kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.
﴿ يَوْمَئِذٍ لا تَنْفَعُ الشَّفاعَةُ إِلاَّ مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمٰنُ وَ رَضِيَ لَهُ قَوْلاً َ﴾
109. Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pengasih telah memberi izin kepadanya dan meridai perkataannya.
﴿ يَعْلَمُ ما بَيْنَ أَيْديهِمْ وَما خَلْفَهُمْ وَلا يُحيطُونَ بِهِ عِلْماً َ﴾
110. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka (di dunia), sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.
﴿ وَ عَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ وَ قَدْ خابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْماً َ﴾
111. Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi Qayyûm (senantiasa mengurus makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang memikul kezaliman.
﴿ وَ مَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحاتِ وَ هُوَ مُؤْمِنٌ فَلا يَخافُ ظُلْماً وَلا هَضْماً َ﴾
112. Dan barang siapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya.
﴿ وَ كَذلِكَ أَنْزَلْناهُ قُرْآناً عَرَبِيًّا وَ صَرَّفْنا فيهِ مِنَ الْوَعيدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْراً َ﴾
113. Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al-Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.
﴿ فَتَعالَى اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ وَلا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضى‏ إِلَيْكَ وَحْيُهُ وَ قُلْ رَبِّ زِدْني‏ عِلْماً َ﴾
114. Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum pewahyuannya kepadamu sempurna, dan katakanlah, “Ya Tuhan-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”
﴿ وَ لَقَدْ عَهِدْنا إِلى‏ آدَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْماً َ﴾
115. Dan sebelum ini sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Adam, tapi ia lupa (akan janji itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.
﴿ وَ إِذْ قُلْنا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْليسَ أَبى‏ َ﴾
116. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang.
﴿ فَقُلْنا يا آدَمُ إِنَّ هذا عَدُوٌّ لَكَ وَ لِزَوْجِكَ فَلا يُخْرِجَنَّكُما مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقى‏ َ﴾
117. Maka kami berkata, “Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu jatuh dalam kesengsaraan hidup.
﴿ إِنَّ لَكَ أَلاَّ تَجُوعَ فيها وَلا تَعْرى‏ َ﴾
118. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalam surga dan tidak akan telanjang.
﴿ وَ أَنَّكَ لا تَظْمَؤُا فيها وَلا تَضْحى َ﴾
119. dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya.”
﴿ فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطانُ قالَ يا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلى‏ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَ مُلْكٍ لا يَبْلى‏ َ﴾
120. Kemudian setan menggodanya, dengan berkata, “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon kekekalan dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
﴿ فَأَكَلا مِنْها فَبَدَتْ لَهُما سَوْآتُهُما وَ طَفِقا يَخْصِفانِ عَلَيْهِما مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَ عَصى‏ آدَمُ رَبَّهُ فَغَوى‏ َ﴾
121. Maka mereka berdua memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi mereka aurat-aurat mereka dan mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga. (Ya), Adam tidak menaati Tuhan-nya dan ia terhalangi dari anugerah pahala-Nya.
﴿ ثُمَّ اجْتَباهُ رَبُّهُ فَتابَ عَلَيْهِ وَ هَدى‏ َ﴾
122. Kemudian Tuhan memilihnya, lalu Dia menerima tobatnya dan memberi petunjuk kepadanya.
﴿ قالَ اهْبِطا مِنْها جَميعاً بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدىً فَمَنِ اتَّبَعَ هُدايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقى‏ َ﴾
123. Allah berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sedang sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, niscaya ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
﴿ وَ مَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْري فَإِنَّ لَهُ مَعيشَةً ضَنْكاً وَ نَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيامَةِ أَعْمى‏ َ﴾
124. Dan barang siapa berpaling dari mengingat-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”
﴿ قالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَني‏ أَعْمى‏ وَ قَدْ كُنْتُ بَصيراً َ﴾
125. Ia berkatalah, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulu adalah seorang yang melihat?”
﴿ قالَ كَذلِكَ أَتَتْكَ آياتُنا فَنَسيتَها وَ كَذلِكَ الْيَوْمَ تُنْسى‏ َ﴾
126. Allah berfirman, “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, lalu kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.”
﴿ وَ كَذلِكَ نَجْزي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآياتِ رَبِّهِ وَ لَعَذابُ الْآخِرَةِ أَشَدُّ وَ أَبْقى‏ َ﴾
127. Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhan-nya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih pedih dan lebih kekal.
﴿ أَفَلَمْ يَهْدِ لَهُمْ كَمْ أَهْلَكْنا قَبْلَهُمْ مِنَ الْقُرُونِ يَمْشُونَ في‏ مَساكِنِهِمْ إِنَّ في‏ ذلِكَ لَآياتٍ لِأُولِي النُّهى‏ َ﴾
128. Maka tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka (kaum musyrikin) berapa banyak Kami membinasakan umat-umat sebelum mereka, padahal mereka berjalan (di bekas-bekas) tempat tinggal umat-umat itu? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
﴿ وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَكانَ لِزاماً وَ أَجَلٌ مُسَمًّى َ﴾
129. Dan sekiranya tidak ada suatu ketetapan dari Allah yang telah terdahulu dan tidak ada ajal yang telah ditentukan, pasti (azab itu) menimpa mereka.
﴿ فَاصْبِرْ عَلى‏ ما يَقُولُونَ وَ سَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَ قَبْلَ غُرُوبِها وَ مِنْ آناءِ اللَّيْلِ فَسَبِّحْ وَ أَطْرافَ النَّهارِ لَعَلَّكَ تَرْضى‏ َ﴾
130. Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum matahari terbit dan sebelum terbenam, dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa rida (dengan anugerah Tuhan).
﴿ وَلا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلى‏ ما مَتَّعْنا بِهِ أَزْواجاً مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَياةِ الدُّنْيا لِنَفْتِنَهُمْ فيهِ وَ رِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَ أَبْقى‏ َ﴾
131. Dan janganlah sekali-kali kamu tujukan pandanganmu kepada kenikmatan duniawi yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, karena semua itu hanyalah sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami coba mereka dengannya. Dan karunia Tuhan-mu adalah lebih baik dan lebih kekal.
﴿ وَ أْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَ اصْطَبِرْ عَلَيْها لا نَسْئَلُكَ رِزْقاً نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَ الْعاقِبَةُ لِلتَّقْوى‏ َ﴾
132. Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami-lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
﴿ وَ قالُوا لَوْلا يَأْتينا بِآيَةٍ مِنْ رَبِّهِ أَوَلَمْ تَأْتِهِمْ بَيِّنَةُ ما فِي الصُّحُفِ الْأُولى‏ َ﴾
133. Dan mereka berkata, “Mengapa ia (Rasulullah) tidak membawa bukti dan mukjizat kepada kami dari Tuhannya?” Apakah belum datang kepada mereka berita dan bukti nyata yang tersebut di dalam kitab-kitab terdahulu?
﴿ وَلَوْ أَنَّا أَهْلَكْناهُمْ بِعَذابٍ مِنْ قَبْلِهِ لَقالُوا رَبَّنا لَوْلا أَرْسَلْتَ إِلَيْنا رَسُولاً فَنَتَّبِعَ آياتِكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَذِلَّ وَ نَخْزى‏ َ﴾
134. Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum Al-Qur’an itu (diturunkan), tentulah mereka berkata (pada hari kiamat), “Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat-Mu sebelum kami menjadi hina dan rendah?”
﴿ قُلْ كُلٌّ مُتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوا فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ أَصْحابُ الصِّراطِ السَّوِيِّ وَ مَنِ اهْتَدى‏ َ﴾
135. Katakanlah, “Masing-masing (kita) menanti; (kami sedang menanti janji kemenangan dan kamu sedang menanti kekalahan kami), maka nantikanlah oleh kamu sekalian! Kamu kelak akan mengetahui, siapa yang menempuh jalan yang lurus dan siapa yang telah mendapat petunjuk.”