Selasa, 02 September 2014

K-Pop

-Parade Cerpen Bebas PANCHAKE-

K-Pop
Oleh Amel Yanti aka. Hapapu

----

Bagaikan jamur yang bisa hidup di mana saja dan melekat kepada siapa saja yang mendekat. Menempel dan bikin kita gatal. Risih memang, tapi inilah kenyataannya. Jamur yang satu ini di minati hampir di semua kalangan di berbagai macam negara.

Tak rugi juga menjual paha di mana. Di tambah wajah rupawan yang hampir keseluruhannya terbungkus plastik yang High Quality tentunya. Itupun tak menyurutkan minat para fansnya.

Kalau kamu OK di semua aspeknya sih tidak masalah ikut-ikutan jamur yang kita kenal K-pop ini.

Nah! Coba aja kamu bayangin. Udah item, jelek, gendut dan segala hal yang tidak memungkinkan kamu paksakan menjadi seorang yang pantas menjadi bagian dari jamur itu.

Kalau materi dan ahli yang bagus kenapa tidak. Mungkin hasilnya nggak jauh-jauh amat.

Tapi kalau gagal. Entah sudah berapa lembar uang berwarna merah itu kamu hambur-hamburkan. Mending di pake buat beramal atau yang lainnya. Belum lagi kalau hasilnya di luar perkiraan. Apa kata dunia?.

Yang ada hanya penyesalan datang membunuhmu secara perlahan. Belum lagi ucapan penyesalan dari orang tuamu. Nggak kebayang deh nangisnya kayak gimana.
So, lebih baik pikir-pikir dulu deh kalau mau ikut jadi jamur itu.

Aku bukannya melarang kalian untuk terobsesi sama jamur ini lho!.
Kan kita di negara demokrasi, jadi sah-sah saja kalau kalian mau ikut jadi jamur K-pop itu. Tapi aku ingatkan sekali lagi. Mohon dengan amat sangat tolonglah sesuai dengan situasi, kondisi dan materi kalian. Jangan sampai orang-orang menyesal untuk kesekian kalinya telah mengenal kalian.

Seperti sepenggal kisah dari teman, temannya kakak sepupu jauhku ini.
Bukannya bersyukur dengan keadaan eh! Dia malah ngelunjak nggak jelas. Untungnya masih di akui sebagai anaknya oleh orang tuanya. Walaupun itu kadang-kadang. Bahkan masih bisa di hitung berapa jumlahnya selama dia hidup.

Bagaimana tidak. Kita sebut saja namanya Echi. Dengan tubuh gempal berkulit putih agak kecoklatan katanya itu. Yang sebenarnya adalah hitam abu-abu, dia mulai melakukan aksi konyol karena hati dan jiwanya terobsesi jamur aneh itu. Dia mulai berjalan seperti bebek. Berlenggak lenggok ke sana kemari.

Masih mending ada satu dua yang memuji gerakannya. Lah ini yang ada malah botol plastik melayang kearahnya. Masih mending kosong. Lha ini wong diisiin kerikil sampai penuh.

Belum lagi cara bicaranya yang dibuat-buat seksi dan sedikit mendesah. Membuat gendang telinga yang mendengarnya sampai bernanah. Kalau bisa memilih mereka lebih baik mendengar suara Mpok Nori daripada dia.

Belum selesai yang satu ini. Echi dengan bangganya memamerkan paha badaknya ke semua orang. Tentu saja itu membuat mereka menetaskan air liur sisa muntahnya tiap kali kalau mereka tidak sengaja melihatnya.
Idih ogah banget sengaja ngeliat. Kayak nggak ada pemandangan yang lebih menarik saja.

Walaupun sudah banyak yang menegur dan memarahinya. Tapi tetap saja Echi tak peduli dengan semua itu.


Bahkan secara gamblang dia akan melakukan operasi plastik di negara asal muasal jamur K-pop itu.
Bukannya sirik. Tapi cobalah di pikir-pikir lagi. Karena hasilnya sudah kelihatan pasti gagal.

Sampai akhinya dia mengadu kepada temen, temennya kakak sepupu jauhku sambil nangis guling-guling di tanah. Kayak guk guk bermanja ria pengen diajak main lempar kayu. Kau lempar akan aku tangkap katanya.

Setelah mengerti pokok permasalahannya. Aku pun lebih menyetujui omongan orang tuanya yang tidak mau dan tidak sudi membiayai operasi plastiknya.

"Emang kenapa sih nggak ada yang setuju pada rencanaku?" isak tangisnya yang sok dramatis.

"Maksud kita semua kan baik! Biar kamu nggak terlalu melenceng jauh. Yang kayak gininya sebenarnya aku ogah temenan sama kamu!" ujarku.

"Tapi kan ...,"

"Sudahlah aku nggak mau debat sama kamu. Harusnya kamu sadar siapa dirimu!" bentakku.

"Emang siapa diriku?" tanyanya sok imut.

"Kamu itu Eko bukan Echi. Anak juragan pete satu pohon saja belagu mau operasi plastik segala. Kalau sudah ngebet tuh ember kamu pake buat operasi. Sekalian kalau mau ganti itu burung pakai sandal saja biar empuk," jawabku asal sambil pergi menjauh sejauh-jauhnya dari bencong kelas pete kayak dia.

----


Powered by Telkomsel BlackBerry®

0 komentar:

Posting Komentar