Sabtu, 28 Desember 2013

JANJI

JANJI

BY: MELODY,

"Apa kau tulus mencintai ku dy?"
Tanyaku kepada pria dihadapanku.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa kurang jelas bagimu aku menunjukkan ketulusanku? Apa kau ragu pada cintaku?"

"Bukan aku tak percaya dengan ucapanmu, aku hanya takut kehilangan mu. Aku terlalu mencintai mu. Aku takut tersingkir dari hatimu dy."

"Aku berjanji mel, takkan ada yg mampu menyingkirkanmu dari hati ku, takkan ada."

"Benarkah ucapanmu?"

"Ya melody... Kau takkan tergantikan disini, dijantung ini."

Ucap ardyanto mantap, sambil menunjuk dada kiri tempat jantungnya berada.

"Jantung hatimu itu milikku?"

"Tentu saja gadis ku, jantung ini akan selamanya jadi milikmu."

jawab ardyanto sekali lagi, dengan senyum manisnya yg selalu membuatku tak mampu untuk menghindar dari hadapannya.


Aku dan ardyanto memang sudah lumayan lama berpacaran, berawal dari perkenalan yg tak disengaja lewat telfon. Aku salah memasukkan nomor teman saat ingin menelfon.
Memang hanya salah satu angka, tapi ternyata kesalahan itu bisa membawaku kedalam satu hubungan cinta yg begitu indah.

Dua tahun sudah kami berpacaran, tapi ardyanto belum pernah memperkenalkan aku pada kedua orang tuanya.
Pernah sekali dia membawaku kerumahnya, tapi saat itu dirumah tak ada orang tuanya. Hanya ada adik laki lakinya well. Itu nama panggilannya, nama aslinya aku tak tau.


Well pernah menelfon ku dengan mencuri nomer handphone ku dari hanphone kakaknya itu.

"Maaf... Apa benar ini kak melody?"
Tanya suara dari ujung sana

"Ya... Ini saya melody, dengan siapa yah?"

"Maaf kak melody, ini aku well adiknya bang ardy,"

"Oh well.. Ada apa nelpon"

"Ga ada apa apa kok kak, hanya saja... Aku"

Terdengar suara well berhenti, seakan enggan melanjutkan ucapannya.

"Hallo well, ada apa?"

"Maaf kak, tapi tolong jangan cerita sama bang adry, kalau aku nelfon kakak."

"Oh... Kalau kamu maunya gitu, aku ga akan cerita"

"Beneran ya kak, soalnya aku tak mau kalau nanti jadi ribut dengan bang ardy"

Aku menangkap sebuah gelagat aneh dengan pembicaraan well. Tapi aku menyembunyikan kecurigaanku itu.

"Benar, aku janji."
Ucapku meyakinkan orang dibalik telepon.

"Kak, bukannya aku tak suka kakak berpacaran dengan abang ku, tapi kalau bisa. Tolong kakak jauhi bang ardy, aku tak mau nanti kakak kecewa dan menyesal"

Tut..tut..tuuutt...
Telepon dimatikan, aku hanya menghela nafas seraya mengangkat kedua bahuku.
Aku mencoba melupakan ucapan well dan tak pernah mengatakan soal itu pada ardyanto kekasihku.


Pagi pagi betul, aku mendapat telfon dari orang tuaku dikampung. Yg mengatakan ayahku masuk rumah sakit karna penyakit ayah kambuh lagi.
Ayah ku dulunya seorang peminum berat, sehingga penyakit liver itu pun dengan senangnya tinggal dihati (liver) ayah.
Ibu meminta agar aku pulang kampung.


Di bandara sore itu, aku dan ardy duduk berdampingan, sebenarnya aku tak ingin meninggalkan ardy. Aku mengajaknya ikut kekampung halamanku. Tapi... Karna kerjaan yg menuntut, ardy pun tak bisa ikut.

"Aku takkan lama, begitu ayah sembuh. Aku pasti langsung pulang."
Ucapku pada ardy yg tak dapat menyembunyikan airmatanya. Semenjak kami berpacaran dua tahun ini, aku memang belum pernah jauh dari ardy. Dimana ada ardy, disitu ada aku. Dimana ada aku, ardypun ada disitu. Kecuali kalau kami sedang bekerja, karna jurusan pekerjaan kami memang berbeda, tentu tak akan bisa untuk bekerja dikantor yg sama.

"Berjanjilah kau tidakkan pernah menghianati ku selama disana."
Ardy berkata dengan airmata yg tak hentinya mengalir dari sudut matanya dan jatuh sampai kepipi.

"Aku janji dy, dan kau juga harus selalu ingat akan janjimu."
Akupun tak dapat menahan airmataku lagi.

"Takkan, jantung ini akan tetap jadi milik mu. Jantung hatiku."
Kembali ardy mengingatkan janjinya itu dan menunjuk jantungnya dengan jari telunjuknya.
Kamipun berpelukan dengan derai airmata.

Jam keberangkatan ku pun tiba, aku berjalan memasuki ruang boording dan ardy hanya menatap ku dari dinding kaca pemisah itu.


*************
Sekarang, setelah dua bulan aku di desaku. Hari ini aku kembali berada disini dibandara hangnadim tempat ardy mengantarku kala itu.
Dan ardy jugalah yg akan menjemputku.
Seorang pria berbadan tinggi dan tegap, berdiri sambil melambai tangan padaku.
Akupun berlarian kecil sembari menarik koper ku menuju pria yg ku rindukan itu.

Kami berpelukan melepas rindu, tapi aku merasa dia tak sehangat dulu lagi. Pelukan dan senyuman itu seakan dipaksakan.

Hampir satu jam perjalanan, aku tiba dirumah kontrakan ku di bilangan nagoya. Ardy juga ikut masuk seperti biasanya.
Dua bulan ku tinggal, kini kamar ku terasa pengap dan berdebu.
Lita teman ku mengontrak rumah itu pun tersenyum dan berlari kepelukanku saat dia tau aku pulang.

Kulihat ardy berbicara pada seseorang melalui handphone nya.
Setelah memasukkan handphone nya kedalam saku, ardy berjalan menemui aku dan lita.

"Mel, maaf aku harus segerah pulang. Ibuku meminta ku menemaninya berbelanja."
Ucap ardy dengan wajah menyesal.

"Oke, no problem."
Jawab ku singkat.

"Jangan kecewa gitu wajahnya, nanti malam kita keluar. Aku kangen makan malam berdua dengan mu."

Akupun tersenyum mendengar ucapan ardy yg kini melambaikan tangannya dan menaiki motor gede kesayangannya.


Durrt durrtt...
Handphone ku bergetar, kulihat dilayar ada panggilan dari ibu. Aku lalu menghubungi ibu untuk memberitahu bahwa aku telah tiba di kota batam tempatku bekerja.

"Assalamwalaikum bu.."

"Walaikumsalam... Gimana mel? Kamu sudah sampai nak?"

"Sudah bu, ini baru tiba di kontrakan."

"Oh.. Syukurlah, kamu sudah sampai"
Aku dan ibu berbincang bincang sebentar.
Dan setelah mengucap salam kembali, aku menutup pembicaraan. Kulihat ada panggilan tidak terjawab, nomer baru. Ku hubungi karna merasa penasaran, mungkin ada temanku yg tukar nomer.

"Hallo kak melody,,, masih ingat aku ga? Ini well"

"Oh... Well, ada apa?"

"Kakak sudah sampai dibatam?"

"Ia, ini baru sekitar setengah jam"

"Bisa kakak datang sebentar ke top 100 penuin? Ada hal penting yg harus kakak ketahui."

Setelah berfikir senbentar, akupun meng ia kan ucapan well.
Aku tak perlu berganti pakaian dan mandi, karna ini hanya sebentar. Kontrakan yg tak jauh dari top 100 penuin itupun ku tempuh dengan taksi.

Ku lihat well duduk menantikan ku di 'ring resto' lantai dua plaza itu. Kuhampiri well dan duduk berhadapan dengan well.

"Ada apa kau panggil aku kesini well?"
Tanyaku yg melihat well hanya diam saja menyambut kehadiranku.

"Duduklah sebentar kak, nanti baru aku kasih tau kakak. Pesanlah makanan atau minuman. Mungkin kakak haus."

Aku pun memesan orange jus dan tanpa makanan. Sebenarnya aku ingin istirahat melepas penat, karna nanti malam aku dan ardy akan dinner.

Setengah jam sudah waktu ku terbuang, orange jus yg ku pesan tadipun sudah tinggal setengah. Tapi well tak juga memulai pembicaraan. Aku mulai bosan juga ngantuk dan berniat pulang saja. Karna percuma kuhabiskan waktu tapi well tak memberitahuku apa maksud panggilannya.
Disela kebosanan ku , well menunjuk kearah belakang ku dan mulai berbicara.

"Coba kakak lihat itu, itu bang ardy dan donna istrinya."

Serrrr
Darahku serasa naik hingga ke ubun ubun. Aku tak percaya dengan apa yg ku lihat. Ku lihat ardy sedang berjalan bergandengan memilih milih pakaian di toko butik plaza itu.
Dan sangat lebih tak percaya lagi, mendengar kata kata 'istri' dari mulut well.
Kupandangi ardy dan perempuan itu, hingga mereka keluar dan meninggalkan butik itu tanpa melihat kearah ku.
Betapa manjanya wanita itu dibuat olehnya.

"Apa katamu tadi? Istri?"
Tanyaku menatap well meminta penjelasan.

"Ia kak, sebenarnya setahun yg lalu. Bang ardy dan dona sudah bertunangan. Mereka dijodohkan oleh orang tua donna dan orang tua kami. Awalnya memang bang ardy menolak, tapi karna dorongan keluarga, akhirnya bang ardy pun menerima perjodohan itu. Mereka bertunangan setahun yg lalu. Dan menikah hampir dua bulan sudah."

Hatiku hancur luluh lantah mendengar penuturan well, aku tak bertanya lagi dan segera meninggalkan well sendiri di tempat itu.


Dikamar aku menangis, menumpahkan semua airmataku.

"Jadi, saat aku pulang ke kempung, ardy menikah dengan perempuan bernama dona itu?"
Aku bertanya sendiri didalam hati ku. Tangisku pecah tak mampu ku tahan lagi.


**************
Ardy datang menjemputku dan aku sudah rapi untuk dinner malam ini. Radyt duduk menanti ku di ruang tamu rumah kontrakan itu. Ku ambil tas ku dan segera ku jumpai ardy.

Motor gede ardy meluncur diindahnya cahaya lampu jalan.
"Aku ingin, malam ini merebut jantung hati milikku itu dari tangan donna istri nya itu."
Batin ku dan memeluk ardy dengan kencangnya dari belakang.

Didepan sebuah toko aku meminta ardy menghentikan sebentar motornya. Aku masuk kedalam toko itu dan ditunggu oleh ardy di parkiran.
Setelah barang yg ingin kubeli itu kubayar di kasir, segera ku masukkan kedalam tas yg ku sandang sedari tadi.
Kulihat ardy tersenyum manis kepadaku, senyum yg membuatku tak sanggup beranjak jauh darinya.

"Dy, aku pengen kita kejembatan barelang saja, aku ingin menikmati jagung bakar aja malam ini."
Kataku pada ardy dan tak pernah melepaskan pelukanku dari pinggangnya.

"Baiklah princess ku, kita kesana"
Jawab ardy membuatku merasa akulah segalanya.

Aku memesan sepuluh jagung bakar dengan rasa yg pedas. Setelah itu, kami mencari tempat untuk duduk bersantai ditepi jembatan layang itu.

Kupandang ardy dengan tatapan sayu ku, airmata ku pun tak kuasa kutahan lagi mengingat semua penghianatan itu.

"Kenapa menangis melody ku?"
Tanya ardy yg melihat airmataku mengalir deras tanpa dapat ku hentikan.

"Tak apa, aku hanya ingi kau peluk. Aku ingin kau memelukku dan mengucapkan janji yg pernah kau ucapkan padaku"
Jawab ku dengan airmata yg terus mengalir. Ardy lalu menarikku kedalam pelukannya, dan mulai mengucapkan janji yg perna di ucapkan dulu kepadaku.

" Aku berajanji, takkan ada seorangpun yg sanggup menyingkirkan mu dari hatiku, dari jantung hatiku, kau pemilik jantung hati ku ini"
Kata kata ardy membuat hatiku semakin hancur, aku tau ardypun menangis saat mengucapkan kembali janjinya itu. Kupeluk ardy semakin eratnya, begitu juga ardy memelukku tanpa melepaskanku sedikitpun.


Perlahan kuraba tas ku, dan kugenggam sebuah benda yg kubeli di toko tepi jalan tadi.

Jjjuuukkk...
Sebuah belati ku tusukkan kepunggung ardy.
"Ahhkkk... Apa apaan ini melody? Kenapa kau menyakitiku?"
Tanya ardy yg segera melepaskan pelukannya.

"Sebentar sayang, aku tak ingin menyakitimu. Aku hanya ingin mengambil hak ku."
Jawabku dan ku tusukkan benda itu kearah dada bidangnya.

"Aaakkkhhhh.. Me...me..."
Tak sempat ku tunggu ucapan adry, ku robek dada bidangnya dan ku julurkan tanganku kedalam lubang bekas belatih itu. Terasa darah ardy hangat ditanganku. Kutarik dengan paksa jantung milik ardy.
Dalam sekejap, ardipun menghembuskan nafas terakhirnya.

Ku masukkan jantung milikku itu kedalam sebuah toples, lalu ku tutup toples kaca itu dengan rapatnya.

Kurogo hanphone milik ardy, kucari nama donna atau istri dikontak handphone itu.
Kuketik sebuah sms dan ku kirim kesebuah nama kontak bertuliskan 'my wife' itu.

"Jemputlah milik mu di jembatan dua barelang. Aku sudah mengambil milikku. Ambillah tubuhnya untuk mu, aku sudah mengambil hak ku. JANTUNG HATI suami mu/kekasih ku ardy."

Kuletakkan handphone milik ardy kerempatnya semula, dan kutatap tubuh tak bernyawa itu.

"Sayang,,, aku hanya mengambil milikku. Kau yg menjanjikan jantung ini milikku. Jadi... Kurasa aku tak jahat, bila mengambil milikku."
Ku ucapkan kata kata itu lalu meraih toples berisikan jantung hati milikku.


Aku berjalan kaki menyusuri gelapnya malam memabawa jantung hatiku pergi bersama ku.


*********end*************
Powered by Telkomsel BlackBerry®

0 komentar:

Posting Komentar