Minggu, 08 Desember 2013

CALISTA Part 3

Sesampainya di rumah Calista kedatangan mereka disambut hangat oleh Calista. ''Hey Sandra kau rupanya, ayo masuk'' ucap Calista mempersilahkan tamunya untuk masuk. ''Sepi sekali rumah mu Calista'' ucap Sandra yang kini sudah duduk di ruang tamu Calista. ''ya, aku hanya tinggal berdua bersama kakek ku'' ucap Calista seraya menyugukan minuman untuk tamunya. ''Dimana kakekmu Calista?'' tanya Roy ayah Sandra. Tak berapa lama keluar lah seorang kakek yang sedari tadi sedang di bicarakan. ''Kakek perkenalkan ini Sandra dan paman Roy'' ucap Sandra menarik lengan kakeknya dengan lembut. Betapa kaget nya kakek Erik melihat siapa yang ada di hadapannya saat ini. Orang yang telah membuat hancur hati putri tercintanya. Seseorang yang tak ingin di lihatnya seumur hidupnya. ''Mau apa lagi kau kesini!!'' bentak kakek Erik. Tampak sekali pria yang di ajak bicara itu sangat terkejut. ''Ayah'' ucap pria itu. ''Calista cepat masuk ke kamarmu!'' perintah kakek Erik. Calista pun tak berusaha membantah
''Ayah apakah dia putriku'' tanya Roy penuh harap. ''Dia bukan putri mu'' ucap kakek Erik kemudian meninggalkan Roy dan putrinya Sandra. Sepanjang perjalanan pulang ke rumah Sandra tak mengeluarkan sepatah katapun, ayah nya yang merasa bersalah mulai membuka pembicaraan. ''Sandra apakah kau sekarang membenci ayah?'' tanya pria itu . ''tak ada alasan ku untuk marah, tapi ayah bisakah kau jelaskan padaku tentang apa yang sebenarnya telah terjadi?'' tanya Sandra lagi. ''Dulu sebelum bertemu dengan ibumu aku menjalin kasih dengan Rosalina anak dari kakek erik, kami pun menikah. Setelah pernikahan ku menginjak 5 tahun Rosalina pun tak kunjung memberiku keturunan. Dan ketika itu aku bertemu ibumu kelembutannya meluluhkan hatiku. Aku pun mengutarakan niat ku untuk menikahi ibumu, tapi Rosalina menolak dan dia lebih memilih berpisah dengan ku. Singkat cerita aku dan ibumu menikah tak berapa lama aku mendengar Rosalina mengandung anak ku, ada sedikit penyesalan di hatiku. Aku pun berusaha mencarinya
tapi aku tak menemukannya dimana pun. Ayahnya menyembunyikan keadaannya padaku, Erik hanya mengatakan bahwa sampai kapanpun dia takkan membiarkan aku melihat anak ku'' cerita Roy dengan berkaca-kaca. *** keesokan harinya sekolah sudah mulai masuk seperti biasa. Tak ada yang berbeda, seperti biasa Calista bermain dengan Jilly sahabatnya dan Sandra dengan teman-teman wanitanya. Sandra ingin sekali menyapa Calista tapi Ia takut Calista akan mengabaikannya. Sedang asyik-asyiknya bercanda, tiba-tiba sosok berjubah hitam itu muncul mengobrak-abrikkan sekolah, Sandra berusaha melawan mahlukh itu tapi naas mahluk itu berhasil menghantam tubuhnya sangat keras. Calista yang melihat hal itu tak berusaha melakukan apapun, tiba-tiba dari arah blakang Jonathan menerjang mahluk itu, dan berhasil membuat mahluk itu tersungkur. Ibu Ketriin juga membantu Jonathan menghadapi mahluk itu. Akhirnya mahluk itu pun tiba-tiba menghilang. Semua murid menghampiri Sandra yang tengah pingsan tak sadarkan diri.
Jhonatan menarik tangan sandra dengan sangat kasar. ''Kenapa kau diam saja Calista? Apa kau tidak lihat dia hampir saja mati karena mahluk itu'' ucap Jhonatan dengan marahnya. ''Aku tidak peduli dengannya'' ucap Calista dingin. Walaupun sebenarnya jauh di lubuk hatinya sangat menyayangi Sandra karena Sandra adalah adik nya, tapi disisi lain Ia masih sangat terluka oleh perlakuan ayah dan ibu sandra kepada ibu kandungnya. * sebuah tamparan melayang di pipi mulus Calista. Calista masih tak bergeming, Jilly yang melihat situasi yang mulai memanas pun segera menarik tangan Jhonatan dan membawanya menjauh dari Calista. Jilly menceritakan apa yang terjadi sebenarnya antara Calista dan Sandra. Tampak sekali penyesalan yang sangat mendalam di raut wajah Jhonatan. ''Calista maafkan aku, aku tidak tau'' ucap Jhonatan lirih. ''Sudahlah tak perlu meminta maaf, terimakasih atas tamparannya'' ucap Calista meninggalkan Jhonathan sendiri.
Calista menghampiri tubuh Sandra yang tengah terbaring tak berdaya, ada terbersit penyesalan yang menghampirinya, ketika Calista sedang asyiknya memeperhatikan Sandra,Roy dan Rika istrinya datang dengan raut wajah yang cemas. Rika menangis tersedu-sedu sedangkan Roy masih berdiri mematung di tempatnya. Calista pun beranjak pergi dari tempat itu, belum sempat Ia keluar Roy mencegatnya. ''Calista'' ucap Roy lirih. Calista hanya memandang dingin ke arah Roy, ada tatapan kebencian yang terpancar di matanya, Roy tahu itu Ia berusha mendekati Calista namun Calista berusaha menghindar. ''Maaf paman, saya harus segera pulang'' ucap Calista sembari berlari menjauhi ruangan tersebut. Calista ingin sekali memeluk Roy, dan mengatakan Ia rindu, tapi setiap kali melihat kedua orang itu hatinya sakit mengingat penderitaan ibunya. Sandra mengambil tas di lokernya dan beranjak pergi meninggalkan sekolah tapi belum sempat Ia melaksanakan niat nya itu sebuah suara menhentikan langkah kakinya. ''kakak'' panggil Sandra
Calista menoleh ke sumber suara, ingin sekali Ia berlari dan memeluk adiknya itu, tapi sulit sekali untuk Calista melakukan itu. Calista pun pergi meninggalkan Sandra yang masih menatap kepergiannya. ~ sesampainya di rumah betapa terkejutnya Calista mendapati keadaan rumahnya yang hancur berantakan, ''Kakeeekk..!!'' teriak Calista yang mulai cemas dengan keadaan kakek Erik. Calista berhamburan kesemua ruangan tapi tak di temukannya kakeknya. Calista pun mengambil ponselnya dan di dapati pesan dari sang kakek '' Kakek akan menjemputmu di sekolah hari ini'' isi pesan tersebut. Calista pun segera berlari kembali ke sekolah. Calista benar-benar tercengang ketika melihat kedaan sekolah yang berantakan dan yang membuatnya semakin tercengang ketika melihat sang Kakek berusaha menyelamatkan Sandra. Satu tebasan berhasil mengenai pelipis kakek Erik. Hal itu sukses memancing amarah Calista, dengan penuh dendam Calista menyerang sosok itu bertubi-tubi. Jhonatan dan Roy tampak sudah tersungkur disana.
sedangkan kakek dan Sandra masih berusaha bertahan membantu Calista. Satu bogem mentah berhasil melumpuhkan Sandra dan ketika kakek Erik tengah lengah mahluk itu berhasil menusukkan lengan sebelah kanan kakek Erik. Calista benar-benar marah melihat kakek yang sangat di cintainya terluka. Kini suhu tubuh Calista benar-benar memanas tatapan matanya menyorotkan dendam yang sangat mendalam. kini kekuatan yang telah lama di sembunyikan akhirnya muncul kembali. Sebuah lingkaran puti biru bercahaya yang sangat menyilaukan terbentuk dari tangan kanan Calista yang memiliki tanda lahir gambar srigala. Kemurkaannya kini telah sampai pada tingkat tertinggi . Cahaya itu manghantam tubuh mahluk itu membuatnya meronta kesakitan, di ambilnya besi runcing milik wanita penyihir itu dan di tusukkannya tepat mengenai jantung mahluk itu. Sekali lagi mahluk itu meronta kesakitan dan tak lama kemudian tubuhnya berubah menjadi butiran debu. Belum cukup sampai di situ kini Calista membentuk sebuah lingkaran sihir berbentuk pusaran
dan menyedot masuk butiran-butiran debu itu, perlahan-lahan sihir itu pun menghilang bersamaan ambruknya tubuh Calista. Semenjak kejadian itu Calista tertidur tak sadarkan diri, ini efek samping dari kekuatan yang telah Ia keluarkan. Situasi di sekolah aman, Sandra bersekolah seperti biasa keadaannya juga semakin membaik hanya saja Calista tak kunjung sadarkan diri, tampak disana ada Jilly , Jhonatan dan kakek Erik yang dengan setiah menunggui Calista yang sedang terbaring. Sebuah ketukan membuyarkan lamunan mereka ''masuk'' jawab Jilly. Roy, Rika dan Sandra rupanya yang datang untuk melihat keadaan calista. Suasana menjadi sanagat hening sampai sebuah suara memecahkan keheningan mereka. ''Kakek'' ucap suara itu lirih. ''Calista'' ucap kakek menitikkan air mata. Roy mendekati tubuh Calista yang terbaring lemah ''Hai ayah, hai Sandra,bibi'' sapa Calista ramah. ''Apakah kau hanya akan menyapa mereka'' rengek Jilly. ''Joe aku titip Jilly padamu ya'' ucap Jilly lemah.
Kemudian Calista menarik lembut lengan kakek nya memerintahkannya mendekat. Calista memeluk erat kakek tercintanya itu. Di belai nya rambut Calista dengan lembut. ''Kakek Calista mau tidur dulu ya'' tak terasa butir-butir air mata kakek Erik pun berjatuhan. Perlahan-lahan tubuh Calista menghilang-dan menghilang untuk selamanya. Tangis kakek Erikpun tak dapat terbendung lagi Ia benar-benar terpukul atas kepergian cucu tercintanya. Sejak kejadian itu kakek Erik lebih memilih pulang ke negri sihir dan seluruh hartanya di sumbangkan untuk Jilly, dan Roy lebih sering termenung sendiri di kamarnya sejak kejadian itu .

The End
Powered by Telkomsel BlackBerry®

0 komentar:

Posting Komentar