Karya Salsabiela Zulfha
Kriiinng... Aku tersentak kaget mendengar suara alarm yang menjerit memecah keheningan. Membangunkan dalam mimpi indahku. Kulirik jam weker di meja belajar samping tempat tidur. "Ah...masih terlalu pagi." gumamku sambil menguap lebar. Segera kuusir rasa malas dan kantuk yang masih bersarang di mata. Segera aku bangun dan tak lupa mematikan alarm yang sedari tadi masih berbunyi nyaring. Dengan langkah agak malas, aku menyambar handuk lalu masuk ke kamar mandi. Tiba-tiba angin berhembus agak kencang membuat bulu kudukku agak merinding. Tak kuhiraukan rasa takut yang tiba-tiba muncul.
Setelah aku mandi, kupakai seragam OSIS SMA Bhakti Praja -sekolahku-. Aku merasakan seseorang yang terus memperhatikanku sejak bangun tadi. Tapi aku tak melihat seorangpun yang ada di kamar selain aku sendiri. " Mengapa perasaanku jadi tidak enak? Mungkin nanti ada sesuatu yang tak kuinginkan. Ah..mungkin hanya firasat saja."batinku.
Kusampirkan tas biru ke pundakku,lalu aku melesat turun dari kamar. Ya.. letak kamarku memang di lantai dua. Terlihat ayah yang membaca Koran pagi dan bunda sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk kami. Aku berlari-lari kecil mendekati mereka.
"Pagi ayah… pagi bunda…" sapaku
"Kamu, Raisya. Pagi-pagi begini sudah cantik sekali anak ayah ini."puji ayah sambil menjawil hidungku yang kembang kempis mendengar pujian ayah. Lalu ayah melipat Koran yang tadi dibacanya.
"Ayo, Raisya. Duduk sini sayang, kita sarapan dulu."ucap bunda memegang lenganku.
"sarapan apa bun?" tanyaku sambil melongokkan kepalaku ke meja makan.
"Roti bakar rasa coklat kesukaanmu."jawab bunda. Aku lansung makan dengan lahapnya, melupakan sejenak 'rasa' tadi.
Setelah sarapan, aku segera pamit untuk berangakat ke sekolah dengan naik metalik biru punyaku, pemberian ayah sewaktu ulangtahunku tahun lalu. Agak tergesa aku menjalankan mobilku di aspal jalanan yang mulus. Hawa dingin mulai menyelimuti tubuhku, aku mulai menggigil. Gugup dan takut, itulah yang kurasakan. Di tengah kekalutan itu, aku melihat sebuah truk dari arah berlawanan melaju dengan kencang. Sedang aku sedang menyalip sebuah motor yang ada di depanku. Segera kubanting setir kea rah kiri, tetapi naas…
Bruak…..
"Aaah…" Body mobil rinsek dihantam keras oleh truk tadi. Kaca depan mobilpun pecah berantakan. Mungkin sudah tidak terbentuk lagi. Kurasakan sakit di sekujur badanku, pandanganku berkunang-kunang dan akhirnya..gelap.
-----------------
Dengan perlahan-lahan, kubuka mataku. Seberkas cahaya masuk menembus kornea. Ah..cukup silau. Kepalaku agak pening saat aku mencoba mengangkatnya. "Dimana aku? Apa yang terjadi denganku?" tanyaku lirih. Aku melihat di sekelilingku, terdapat banyak bunga yang berwarna-warni. Sesekali angin sepoi-sepoi berhembus mengibarkan rambutku menambah kesejukan disini. Entahlah, aku tidak tau mengapa aku bisa ada disini. "Hah..apa yang aku pakai ini?" sebuah gaun putih bermotif bunga melekat indah di tubuhku. Rasanya aku tak pernah memiliki gaun seindah ini apalagi memakainya.
Aku berdiri memandang indahnya pemandangan ini, tak sengaja mataku melihat sebuah gundukan tanah.
Aku penasaran dengan gundukan itu, segera kulangkahkan kaki kesana. Ternyata gundukan itu adalah sebuah makam yang ditaburi bunga-bunga yang indah. "Makam siapa ini? Mengapa ada di sini?"tanyaku dalam hati. Kulihat nisan yang ada di atas makam itu, disana tertulis:
RAISYA ISABELLA
Lahir 22 Juni 1996
Wafat 02 Desember 2013
"Hah.." desisku terperangah. Segera kututup mulutku yang terbuka lebar dengan telapak tanganku, mataku melebar saat melihat tulisan tadi. "Tidak mungkin, aku sudah mati.." kataku lirih tak percaya apa yang kulihat. Sekelebat memori kenangan manis bersama keluarga, bersama teman-teman menari-nari di depanku. Air mataku meleleh deras,bahuku terguncang-guncang. "AKU SUDAH MATI"jerit ku.
Tiba-tiba makam yang ada didepan ku terbelah, membuat jantungku berdetak lebih kencang. Sebuah tangan berkuku panjang dan kotor keluar dari dalam, dan melambai kearah ku. Tangan itu bergerak mendekat, aku hanya bisa diam dalam ketakutan yang sangat. Tangan itu menggenggam erat tanganku yang gemetaran, dan menuntunku masuk ke makam yang terbelah tadi. Seperti terhipnotis, aku mengikuti tangan itu. Tepat di depan lubang makam, aku kembali tersadar. Aku ingin menjerit tetapi tak ada suara yang keluar, aku memberontak dengan sekuat tenagaku. Tetapi tangan itu semakin menguat genggamannya. Cakar-cakarnya menusuk pergelangan tanganku,membuat tanganku sakit dan darah mengucur deras. Dengan kasar, tangan itu menyeretku untuk masuk.
"Aaaa…"
***
Powered by Telkomsel BlackBerry®
0 komentar:
Posting Komentar