Laki-laki itu merebahkan tubuhnya di ranjang,dilepasnya kacamata yang
sedaritadi melingkar di kedua matanya.
"Huft"nafas panjang terhembus dari sela bibirnya, ia sangat lelah
dengan harinya. Lelah menghadapi kenyataan yang sedang dihadapinya.
"Semua yang telah terjadi memang salahku"ucapnya lirih penuh
penyesalan. "Tapi aku tak bermaksud begitu, aku hanya ingin lebih baik.
Aku ingin lulus"lanjutnya seraya menitikan air mata.
"Sudah terlanjur"batinnya.
Sejenak ia memejamkan mata, ketika ia kembali membuka mata, pandangannya masih
saja gelap.
Ternyata lampu kamar mati, ia bangkit dari tempat tidurnya, dikenakan lagi
kacamatanya.
Tiba-tiba sekelebat bayangan melintas secepat kilat, angin kencang datang entah
darimana. Lampu yang tadinya mati, hidup kembali tapi sinarnya remang, lalu
berkedap-kedip, secara bersamaan jendela kamar Rino terbuka, tertutup, terbuka
lagi, begitu seterusnya. Bruaaakkk... pintu kamarnya terbanding, ia tersentak,
lalu menoleh kearah pintu. Matanya melotot-lotot melihat sosok yang berdiri di
pintu, seorang wanita, penuh darah di sekujur tubuhnya. Dada dan perutnya
terbelah, ususnya menjuntai keluar, mukannya lembam, matanya melotot dengan
ngerinya.
Dengan terbata-bata Rino bertanya, "si si.. siapa kau?"
"hiks hiks hiks" sosok itu malah menangis pilu, amat pilu, sangkin
pilunya siapa pun tak sanggup mendengarnya.
Rino makin ketakutan, ia menutup kedua telinganya.
"Rino... Rino..." disisi lain, di ujung dinding, tiba-tiba muncul
sosok yang lain. Dengan tubuh lembak bagaikan tak bertulung, darah menyelimuti
wajah dan kepalanya, bercucuran dengan amat banyak.
Rino sangat jijik melihatnya, dia hampir saja muntah, tapi ditahan dengan
mulutnya.
"Siapa... siapa... siapa kaliaaaaannn..."teriaknya dengan kuat
menggema.
Kedua sosok itu tak menjawab, mereka hanya melotot kearah Rino, seakan ingin
menerkan Rino, keduanya kembali menangis lirih, lalu tangisan itu tiba-tiba
berubah menjadi sebuah cekikikan, dan mereka terdiam.
Rino bergidik ngeri, ia baru ingat siapa sosok-sosok ini.
"Apa mau kalian? Jangan ganngu aku"ucapnya ketakutan.
Kedua sosok itu tersenyum, lalu melotot lagi, dan menyeringai.
"Tolong, jangan ganggu aku! Aku tak bermaksud. Aku tak membunuh
kaliaaann"
"kau harus mengakhiri semuanya"ucap salah satu sosok.
"kau harus mengungkapnya"ucap sosok yang lain
"Tapi aku tak punya daya, aku tak berani"jawab Rino mulai menangis
ketakutan
"kalau begitu, kau mati sajaaa!"teriak sosok itu.
"kau tak berguna, kau yang memulai tapi kau tak berani mengakhirinya. kau
harus mati!"
Tiba-tiba muncul pisau pada kedua tangan sosok itu. Mereka bersamaan mendekat
kearah Rino sampai Rino terpojok di ujung kamar.
"Tidak, jangan... Ku mohon, kasianilah aku"pinta Rino
Keduanya tetap tak perduli, mereka mengangkat kedua tangan yang memegang pisau
itu.
1 disisi kanan, satu dikiri, mereka bersiap menikam Rino.
Dan... "Tiddddaaaakkkk... "
Di bukanya matanya, nafasnya memburu, "Huft, ternyata hanya mimpi"
ucapnya lega.
Dari sorot matanya, tersirat ketakutan yang mendalam. Di tatapnya jam dinding,
sudah jam 7 pagi. Di raihnya katamata, lalu bangkit seraya berkata...
"Aku harus mengakhiri semua ini"
***
Hari ini adalah hari yang sangat mendebarkan bagi selurus siswa/i kelas XII SMA
HARAPAN.
Ya, sekitar jam 9 nanti mereka akan mengetahui hasil yang mereka raih selama 3
tahun.
Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, seluruh siswa/i sudah berkerumun didepan
papan pengumuman.
Berdesak-desakkan, lalu teriakan-teriakan terdengar dari mereka.
Ada yang berteriak senang, dan ada juga yang menangis.
Sampai-sampai ada yang pingsan.
"Robbi, Robbi, Robbi"ucap Robbi sambil menunjuk setiap tulisan di
papan itu, "Hah, ini dia, gue lulussss"ucapnya sambil loncat-loncat
kegirangan.
"Gue, gimana gue?"ucap Bondan, masih menelusuri setiap nama.
"Emaaak, gue lulusss"ucapnya juga.
"woi jangan seneng dulu, mana gue nama ni?"tanya Ujang belepotan.
"nama loe mana begok"ucap Bondan membetulkan, "Itu maksud gue.
Manaaaa?"tanya Ujang, mewek.
Iko yang sedaritadi dengan tenang mencari namanya, tersenyum.
"Tenang jang, kita Lulus kok"Ucapnya.
"Seriusss???"tanya Ujang tak percaya. Iko mengangguk tanya
mengiyakan.
"Alhamdulillah..."
"Yeeee..."teriak Ujang hendak loncat-loncat, secepat mungkin Bondan
dan Robbi menghentikan Ujang, "Jang, tenang jang, tenang... Sabar! Tarik
nafas dalam-dalam! Yak, keluarin!"tuntun Robbi dan Bondan.
Ujang pun mengikuti, sudah agak tenang... Ujang tidak jadi mengguncang bumi.
Alhamdulillah...
Sedang riang-riangnya mereka, tiba-tiba makin banyak yang pingsan.
Kebanyakan yang pingsan siswi dari kelas XII IPS 2.
Ternyata, semua siswa/i kelas XII IPS 2 tidak lulus.
Semuanya!
Sedangkan dari kelas Iko, hanya Rino saja yang tidak lulus. Karena memang Rino
tak bisa mengikuti salah satu mata pelajaran Ujian di hari pertama.
Tapi yang anehnya, kenapa selurus siswa/i XII IPS 2 tidak lulus?
Guru-guru pun heran, tak terkecuali bu Kepsek. Para guru pun mencoba
menenangkan seluruh siswa/i.
Yang anehnya wali kelas mereka, bu Clara tak ada disana. Entah dimana bu Clara.
Dari jauh, terlihat seorang siswi berlari sambil menangis terisak dengan muka
pucat, hidung dan mata yang merah.
Siswi ini menghampiri Kepala Sekolah.
"Bu"panggilnya tersendat karena menahan tangis.
"Ada apa? Kenapa kamu menangis? Kamu tidak lulus?"tebak Kepsek.
"Ada yang lebih mengerikan daripada itu buk"ucap siswi itu menahan
tangis.
"Ada apa?"
"Bu, disana, bu Clara bu, bu Clara"ucapnya. Ternyata siswi ini adalah
siswi dari kelas XII IPS 2 yang tidak lulus.
"Ada apa dengan bu Clara?"
"Ibu lihat sendiri, di kelas kami buk"ucap siswi itu lagi.
Semua yang mendengar perkataan siswi itu pun menjadi binggung.
Iko mulai curiga, "Pasti ada sesuatu"pikirnya.
Benar saja, mereka mendapati bu Clara GANTUNG DIRI di kelasnya sendiri, di
kelas XII IPS 2.
Semuanya kaget, tak terkecuali 4 sekawan.
Polisi datang, membawa mayat bu Clara.
Sersan Eddi mengatakan bu Clara bunuh diri karena frustasi selurus siswa/i
didiknya tidak lulus.
Seisi sekolah menangisi, merasa sedih dan berduka cita atas yang menimpa SMA
HARAPAN selepas UN .
***
"Apa mungkin bu Clara bunuh diri? Tidak masuk akal"ucap Iko
"Kok gak masuk akal ko?terus masuk apa dong? Masuk angin?"tanya Ujang
becanda.
Tapi karena suasana memang sedang tegang-tegangnya, lelucon itu tidak mempan.
"Menerut loe gimana ko?"tanya Robbi dengan raut muka serius.
"Hmm... Gue juga gak ngerti. Aneh banget, kok bisa anak-anak XII IPS 2 ga
lulus semua"jawab Iko
"Yang anehnya lagi, Bu Clara, ngapain dia bunuh diri cuma karna siswa/i
nya ga lulus? Konyol kan?"Bondan ikut berkomentar.
"Ehh, tadi kalian liat si Rino gak? Kok perasaan gue gak liat dia ya
daritadi?"tanya Ujang ikut mulai serius.
Mereka tersentak, "Benar jang, tu anak gak keliatan batang hidungnya
sedaritadi"sahut bondan
"Kita harus selidiki ini Ko"ajak Robbi
Iko menatap Robbi, sepertinya Robbi sudah mulai setuju Iko menyelidiki semua
ini.
"Baiklah"
"Tapi kita mulai dari mana?"tanya Bondan
"Hmm... Kita kerumah Rino. Cari bukti"kata Iko mantap
Mereka mengangguk tanda setuju.
Setelah sampai di rumah Rino, mereka tidak menemukan siapa-siapa.
Rino memang tinggal sendirian, dia tinggal di sebuah kost.
Bondan yang punya keahlian untuk membuka pintu yang terkunci cukup membantu.
(kayak maling ya si Bondan)
Perlahan mereka masuk kamar Rino, mereka tak menemukannya.
Lalu mereka mengobrak-abrik kamar Rino berharap menemukan sesuatu.
Nihil, tak ada apa-apa disana.
"Gimana nih ko?"tanya Robbi
"Ahh... Kemana tu anak"ucap Iko kesal
"Hmm... Gini aja, kita ubah siasat. Ntar malam kita kesekolah"
"Ngapain?"tanya Ujang
"Gue juga gak tau. Tapi firasat gue bilang, ntar malam kita
kesekolah"
"Oke Ko" ucap mereka
***
"Saya yakin buk semua kejadian di sekolah ini bukan karena kebetulan. Tapi
memang ada motif tersendiri"ucap seorang laki-laki berpakaian ala detektif
"Saya juga merasa begitu pak, tapi polisi sudah menutup kasus ini. Dan
saya memang tidak mau kalau sampai nama sekolah ini tercoreng akibat masalah
ini"sahut Kepsek.
"Kalau begitu izinkan saya untuk menyelidi ulang buk"pinta detektif
Harris.
"Baiklah pak, apa yang bisa saya banty?"
"Hmm..."
Setelah berbincang-bincang dengan Kepsek, detektif pun meninggalkan sekolah
itu.
Ditanggannya tergantung beberapa kunci.
Ternyata Kepsek telah memberi akses penuh kepada detektif Harris.
Semua kunci ruangan di sekolah ada pada detektif.
Dan satpampun sudah diberi tau untuk membiarkan detektif melakukan penyelidikan
ulang, kalau perlu juga ikut membantu.
***
Malam pun tiba, Iko dan teman-temannya sudah sampai di depan gerbang.
Mereka mengendap-endap, dilihatnya satpam sedang berjaga.
"Kita harus manjat"ucap Iko
"Gilaaaa... Gue gimana?"tanya Ujang sambil menujukkan body
bahenolnya.
Plak... Robbi dan Bondan tepok jidat berbarengan.
Iko pun memutar otak mencari ide lain.
Sedang asik-asiknya berfikir, tiba-tiba sebuah mobil berhenti didepan mereka.
Secepat kilat di tariknya tanggan teman-temannya untuk lari bersembunyi.
Untung mereka cepat dan tidak ketahuan.
Lalu siapa orang di dalam mobil itu? Sedang apa dia disini? Kepala Iko penuh
tanda tanya.
***
Powered by Telkomsel BlackBerry®
0 komentar:
Posting Komentar