Jumat, 14 Maret 2014

FRIENDS

Retold an Translated by -Jason-
Source : creepypasta.com
Credit To – Vish P

Aku tidak begitu ingat dengan masa kecilku, seperti kebanyakan orang. Kenangan-kenangan itu selalu samar dan nampaknya apa yang kita "ingat" kemungkinan hanyalah kepingan kenangan yang tidak lengkap. Kita tidak bisa melakukan banyak hal mengenai itu, dan biasanya meyakinkan diri bahwa ingatan yang ada memang selalu benar. Ingatan pertama yang kupunyai adalah saat berumur lima tahun. Aku tidak begitu yakin apakah kenangan ini nyata atau tidak, namun saat itulah kupikir aku bertemu dengan Michael. Aku tidak pernah punya teman, maka aku begitu girang saat bertemu dengannya. Dia memanggilku, Jack, dan aku menyukainya. Walau tidak ingat dengan pasti saat bertemu dengannya pertama kali, tidak ada keraguan bahwa kami segera terjalin dalam sebuah ikatan kuat pertemanan.

Aku tidak akan membuat kalian bosan mengenai rincian apa yang kami lakukan setiap harinya pada tahun yang telah lewat, namun secara garis besar akan kuceritakan beberapa hal yang kami lakukan, untuk meyakinkan kalian –bahkan yang paling skeptis sekali pun- mengenai persahabatan kami.

Michael, seorang bocah dengan sikapnya yang terkadang menyerupai perempuan, tidak mempunyai terlalu banyak teman di sekolah. Dia kerap menjadi obyek pembullyan, dan kebanyakan hari-harinya sepulangnya sekolah diwarnai dengan acara minum teh bersamaku, sementara dia berkeluh kesah mengenai penderitaannya untuk meringankan beban. Teh tersebut, tidak seperti kata-kata penghiburan dariku, jauh lebih berhasil. Hal favorit lain darinya adalah memotong rambutku. Dia akan menggunting rambutku dengan berbagai macam gaya berbeda, dan aku sangat menikmati model-model potongan rambutnya. Beruntung baginya, rambutku tumbuh dengan begitu cepat sehingga dia mempunyai kesempatan untuk mengganti gaya dengan lebih sering.

Hanya ada satu hal yang selalu menghalangi hubungan kami. Jangan berpikiran buruk dulu, aku dan Michael benar-benar tidak memiliki perasaan lebih satu sama lain. Hal itu adalah orangtuanya. Kupikir mereka tidak menyetujui anaknya berteman denganku, dan sungguh aku tidak mengerti alasannya walau pun telah kucoba.

Semua itu tidak hanya penolakan, aku mulai berpikir bahwa mereka membenciku. Semakin lama persahabatn kami terjalin, semakin buruk keadaan yang ada. Sungguh menyakitkan walau hanya memikirkannya, maka aku tidak akan mengoceh panjang-panjang mengenai semua itu.

Hubungan kami semakin erat, namun hancur begitu saja dua tahun berikutnya. Michael menjadi seorang pemain football yang selalu duduk di kursi utama, dan aku masih sama seperti sebelumya; payah dan benar-benar tak berdaya saat harus mengikuti atletik.

Dia mempunyai banyak teman baru dan mulai abai terhadapku. Sungguh menyakitkan! Terutama karena sebelumnya aku selalu ada untuknya saat masa-masa menyakitkan itu menimpanya. Pengabaiannya merupakan hal terakhir yang pernah terlintas dalam kepalaku, dan hal itu sungguh menyakitkan. Aku merasa sangat kesepian, seolah tidak ada satu pun orang tersisa di dunia untukku.

Saat aku duduk di pojokan kamar dan menulis semua ini, aku melihat Michael dan teman-temannya menonton TV. Terkadang aku merasa dia menyadari keberadaanku dan menatap ke arahku, namun aku jauh lebih paham. Kini kupahami takdirku: dia menciptakanku, namun lupa untuk melenyapkanku.


*****
Powered by Telkomsel BlackBerry®

0 komentar:

Posting Komentar