“ aaaarrrggghhh …. “
“ awaaaasssss remm … reeemmm … “
“ lambaiin tangan elu din, kita mau belok nih … belookk “
Udin buru-buru ngebentangin tangannya melambai-lambai gegara lampu sen motor bututnya mati dan kaga berfungsi.
“ bukan yang kiri blekog … yang kanaaaannn … “
Tapi terlambat, dari arah belakang motor milik tukang sayur yang lagi
ngebawa dagangan yang akan di jualnya, nyelonong gitu aja nabrakin si
butut beserta pengemudinya …
BBBRRUUUUAAAKKKK … GEDEBUUKK …
Ketiga pria blo’on langsung kelempar satu-persatu. Mereka bangun sambil mengerang kesakitan.
“ gue yang bawa motornya Man … ! “ Udin mangkel udah jatoh guling2 gegara Parman yang bego ngejokinya.
“ ii .. iye din. Kribo mana din ? “ Parman megangin punggungnya yang keplintir lumayan kenceng.
“ tau … ! booo … lu dimana ? “ Udin manggil-manggil nyariin Kribo yang udah mencelat entah kemana.
“ heeelllloooowwww … aku ndek sini tauuuu ! “
Mata Parman dan Udin celingak-celinguk nyariin asal suara. Pandangan
mereka langsung brenti tatkala ngeliat Kribo berada di balik si butut
alias ketimpa.
“ aku ndak mau lagi jadi korbanmuuuu maaaannnn “ Kribo mewek sesenggukan.
“ hahahahahahaaa …. “ Parman dan Udin kompak tertawa begitu ngeliat
posisi Kribo yang tengkurep nyosor aspal sementara motor butut nimpa
diatasnya.
“ woe blo’on ! kalo belok kasih tanda dong ! liat nih sayuran gue ! “ pedagang sayuran yang nabrakin mereka ngamuk2.
PETOKK … PEETTOOKKK … PEETTOOKKK … KOKG … KKOOKKGG … BLLLEEKKOOGG ….
Ayam tukang sayur yang semburat lepas ikutan misuh-misuh. Parman cs langsung bengong … ahihihihiii ….
BBBRRREEESSSS …..
Tiba-tiba hujan turun begitu lebatnya, mengguyur mereka hingga basah kuyup.
*****
Sementara di rumah Rikha.
“ sebaiknya kita makan malam dulu sambil menunggu yang lain datang “ ujar Pak Gondo, papa Almarhumah Rikha.
Ivan mengangguk setuju. Roy dan Indra sudah berada disitu, hanya Lola
yang masih dikamar mandi. Mbok Darmi terlihat sibuk mempersiapkan
hidangan makan malam.
“ Aaarrrrrggghhhh …. “ tiba-tiba terdengar jeritan Lola dari dalam kamar mandi.
Ivan yang mempunyai insting detektif langsung beranjak lompat dan berlari menuju asal suara.
Yang lain mengikuti termasuk Mama dan Papa Rikha. Didalam kamar mandi, didapati Lola yang menggigil pucat pasi dipojokan.
“ ada apa La ? “ Indra mendekap Lola menenangkan.
Semua bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada gadis cantik itu.
“ aakk … aakku melihat hantu Rikha … “ ucap Lola terbata-bata.
“ haaahhh … “ semua mata saling memandang satu sama lain.
Ivan mulai merasakan hawa ganjil di sekitar situ. Lola benar, arwah Rikha memang sedang berada disitu memperhatikan mereka.
“ tenang La, itu mungkin cuman halusinasimu “ hibur Roy.
“ ddiii … diiiaa menyeringai tajam melihat kearahku Roy, seakan-akan
mencari sesuatu “ jelas Lola masih dengan tubuh menggigil ketakutan.
“ sudahlah nak Lola, arwah Rikha sudah tenang dialamnya. Itu hanya perbuatan Jin Kafir “ sergah Mama Rikha kurang senang.
“ mmmaa … maaff tante, bukan maksud saya memfitnah “ Lola tertunduk ketakutan.
“ tidak apa-apa, sekarang mari kita makan “ ajak Pak Gondo.
Semua kembali berjalan menuju meja makan.
“ Van … elu ngliat Rikha kan ? “ bisik Jono, di barengin dengan anggukan Ivan.
“ tapi tolong jangan sampai yang lain tau kalo Rikha berada di
tengah-tengah kita “ Ivan membalas bisikan Jono. Bos Preman mengangguk
mengerti.
Semua tamu sudah duduk di kursinya masing2,
menghadap meja makan. Ada Roy dengan pandangan sinisnya, ada Lola yang
masih ketakutan dan ada Roy yang terlihat begitu tenang.
“ mari silahkan dimakan ! “ pak Gondo mempersilahkan.
Semua bersiap mengambil menu. Tapiii ….
SSSRREETTTT .... GGGRRRREEEEKKK …
Sebuah kursi makan bergerak mundur dengan sendirinya. Seakan-akan ada
yang menariknya yang mendudukinya. Semua terbengong-bengong ketakutan,
termasuk Lola yang terlihat trauma.
KKLOOTTAAKK ... KLOOOTTAAKK …. Suara sendok dan piring beradu.
“ Rikha …. Kau disitu nak ? “ pak Gondo berujar seperti pada seseorang.
Tiba-tiba hawa dingin menyergap. Korden melambai-lambai tertiup angin
yang entah datang darimana. Semua saling merapat tak terkecuali Jono.
Bos Preman mengkerut ngemut sendok. Giginya bergemeletuk nimbulin suara
yang menggelikan. Mata Ivan melirik kearah Roy yang terlihat begitu
tenang, dari tadi Ivan belum mendengar suaranya sama sekali.
Terror terus berlanjut. Meja makan yang semula diam tau-tau bergetar
hebat. Sofa santai bergeser berpindah tempat. Melalui indra keenamnya
Ivan melihat sosok Rikha mengamuk mendorong-dorong semua perabotan di
ruangan itu. Semua tampak tegang, tak ada satupun yang berani bergerak.
“ sudah cukup ! Hentikan ! “ tiba-tiba Roy berteriak berdiri, mukanya merah padam menahan marah.
Perabotan yang bergeser dan porak poranda disana-sini ikutan berhenti begitu mendengar teriakan Roy.
“ permainan apa yang kalian mainkan ?? kau Ivan !! apalagi yang kau
cari ?? bukankah pembunuh Rikha sudah tertangkap ?? “ Roy mendengus
kesal.
Semua mata terarah kepada laki-laki berperawakan tenang itu. Baru kali ini mereka melihat begitu marahnya Roy.
“ belum ! pembunuh Rikha yang sesungguhnya masih berkeliaran bebas. Dan mereka ada disini bersama kita “ jawab Ivan kalem.
“ maksud nak Ivan ? “ mama Rikha ikutan bicara.
“ ya, pembunuhnya salah satu dari kalian ! “ tegas Ivan tanpa ada yang ditutup-tutupi.
“ hey ! sersan Ivan … kenapa kau menuduh salah satu dari kami ?? “ Indra menatap Ivan sinis.
“ alibi pembunuhnya benar-benar nyaris sempurna … “ guman Ivan.
“ taa … taapppii … siapa dia ?? “ Lola bertanya semakin penasaran.
Hening, tak ada suara. Karena meja makan kembali bergetar dan
bergerak-gerak. Taplak meja makan dicabut dari tempatnya, dan
menumpahkan segala menu makanan yang ada diatasnya.
PPPRRAANNGG … KKRROOOMMPPYYYAANNGG …
Semua yang duduk disitu langsung berdiri menjauh dari meja makan. Bu
Gondo merapat memeluk suaminya, Lola di dekapan Indra dan Roy berdiri
mematung di sudut dekat pintu.
“ vvvaaa … vvvaaannn … arwah
Rikha ngamuk “ Jono makin merapat kebadan Ivan. Giginya bergemeletuk,
matanya merem tertutup tanpa berani memandang sekitarnya.
“ 20
menit setelah kejadian, ada saksi yang melihat pembunuhnya keluar dari
rumah ini. Tapi karena masih pagi, saksi kurang begitu jelas melihat
pelakunya. Hasil autopsy menjelaskan jam berapa Rikha menghembuskan
nafas terakhirnya dan meregang nyawa karena kehabisan darah. Memang
barang bukti milik pak Madi, tapi property itu digunakan saat beliau
sedang bertugas sebagai satpam, seperti pisau komando, pentungan serta
tali tambang. Saat libur dan pulang, pak Madi selalu meninggalkannya di
pos. dan sebelum Rikha di ketemukan tewas, saksi juga mengatakan ada
beberapa orang yang sempat menemuinya. Pembunuhnya mengikat dan menyekap
tubuh Rikha selama beberapa jam, menyiksanya hingga sedemikian rupa,
lalu meninggalkannya begitu saja dengan penderitaan yang luar biasa
hingga Rikha mati kehabisan darah tanpa ada satupun yang menolong. Mbok
Darmi terlambat datang karena sehari sebelumnya pak Gondo menyuruhnya ke
rumah sakit untuk merawat kakaknya yang tak lain adalah orang tua
Indra, dan baru pagi pukul 06.00 mbok Darmi balik dan menemukan jasad
Rikha sudah tak bernyawa “ panjang lebar Ivan menceritakan
Kronologisnya.
Semua terdiam bergelut dengan pikirannya
masing-masing. Roy bolak-balik mengusap wajahnya dengan kedua telapak
tangannya. Lola nangis sesenggukan di pelukan Indra yang memandang tajam
kearah Ivan. Ekor matanya selalu mengikuti gerak tubuh polisi muda
tersebut.
“ Indra, ada dimana kamu saat kejadian itu ?? “
“ saat kejadian aku ada di rumah, memang aku sempat menemuinya untuk
mengambil berlian yang gagal dijual Lola tapi itu tak lama. Bahkan aku
juga sempat bertemu Roy di dalam mobilnya yang juga akan pulang dari
ngapeli Rikha. Setelah minum obat penenang, aku tertidur dari pukul 01
malam hingga 4 sore dan tak ada yang membangunkannya karena aku memang
kos sendirian “ Indra beralibi.
“ kamu Lola ? “ tanya Ivan sembari memandang tajam kearah gadis cantik tersebut.
“ setelah balikin berlian milik Rikha, aku lantas pergi hangout bersama
Didy temanku hingga pukul 05 pagi, lalu pulang dan tidur. Memang Rikha
menyuruhku untuk menjual berliannya, tapi karena takut dan nggak enak
ama Tante, aku mengurungkan niatku. Lalu menyarankan agar Indra saja
yang menjualkannya. Rikha menjual Berlian pemberian papanya untuk acara
Hangout kita di salah satu club malam, kebetulan Rikha akan berulang
tahun besok malamnya. Rikha sahabat baikku, kenapa aku harus berbuat
jahat ke dia ? “ Lola menjelaskan.
“ kamu Roy ? “
“
aku … ?? aku sangat mencintai Rikha, aku merasa kehilangannya. Ya !!
malam itu aku memang ngapeli Rikha, sampe pukul 01 dini hari karena
mama, papanya tak ada di rumah dan pak Madi libur, tapi saat mau pulang,
mobilku mogok. Lalu aku kembali masuk ke dalam untuk meminjam alat2
perbaikan mobil milik Om Gondo, setelah bisa nyala, aku memutuskan
pulang dan minum bir sambil nonton TV. Bisa saja Indra yang membunuhnya
!! karena Indra sudah berulang kali mencoba memanfaatkan harta Rikha
tapi selalu gagal “ Roy emosi menuding Indra.
“ maksud kamu apa Roy !! “ Indra mendelik marah.
“ jangan-jangan kaulah pembunuhnya !! “ tuding Roy.
Indra terdiam menunduk, matanya berkaca-kaca. Mukanya tak sesangar yang tadi. sinisnya hilang saat dia menangis begitu.
“ aku memang jahat tante, om … aku dan Roy selalu mempengaruhi Rikha
untuk pergi ke discoutik dan berfoya-foya di Pub. Tapi aku tak sekeji
itu membunuh sepupuku sendiri “ Indra terisak.
“ sudahlah sayang !! aku yakin kamu tak membunuhnya “ bisik Lola menenangkan.
Tiba-tiba kegaduhan kembali terjadi …
KKKRROOMMPPYYYAANNGG … BBBRRUUAAKK …
Arwah Rikha yang sedari tadi diam langsung mengamuk. Semua perabotan kembali bergerak dan bergeser.
HU … HUUU ... HUUU ... HIKS ... HIKS … HIKS ….
Suasana makin mencekam tatkala terdengar suara perempuan menangis
menyayat hati. Itu suara tangisan Rikha, ya … arwah Rikha menangis.
“ vaann … Rikha menangis “ Jono mengkerut.
Ivan memandang muka mereka satu persatu. Lalu berkata kalem …
“ tenanglah Rikha !! aku sudah menemukan pembunuhmu … aku akan segera
menangkapnya dan melepaskan pak Madi yang tidak bersalah “
Hening, kembali tenang. Ivan mengeluarkan borgol lalu kembali melihat
mereka satu persatu silih berganti. Dengan sikap tenangnya, Ivan
berjalan menghampiri salah satu dari mereka.
“ maaf Roy, aku harus menangkapmu !! “
Semua mata terbelalak memandang kearah Roy, pacar Rikha. Antara percaya
dan tidak, bagaimana mungkin pemuda pendiam itu bisa melakukan
perbuatan sekeji itu.
“ aapp … aappaa alasanmu ?? “ Roy mundur beberapa langkah.
“ sesuai hasil autopsy, jasad Rina di perkirakan mengalami siksaan 5
jam sebelumnya. Indra mengatakan sempat bertemu kamu di dalam mobil
ketika mau pulang. Tapi seperti yang kamu jelaskan, mobilmu mogok dan
kamu balik masuk rumah untuk meminjam alat2 mobil Om Gondo. Kamu mencoba
mencari pak Madi yang ternyata sudah pamitan pulang karena asam uratnya
kambuh. Lalu kamu mencari Rikha dikamarnya, tapi pikiranmu berubah saat
melihat Rikha membuka sekotak perhiasannya. Barang yang diambil Indra
adalah berlian yang akan di jual korban untuk acara Ultahnya. Kamu
memaksa Rikha untuk menjual semua perhiasannya tapi Rikha menolak. Di
kuasai emosi, kamu menyiksanya. Lalu mengambil peralatan milik pak Madi
untuk menyiksa gadis itu. Sayangnya, saat kamu ketahui Rikha sekarat …
kamu buru-buru meninggalkannya dan urung mengambil perhiasannya. Jadi,
kamulah pembunuhnya ! “
Semua makin terdiam, tak menyangka Roy bakalan setega itu.
“ Roooyy .. kauu .. kaauuu kejam !! tante tak menyangka kamulah
pelakunya !! biadap kamuuuu … “ Mama Rikha berteriak-teriak histeris.
Menghujami Roy dengan pukulan sakit hati yang luar biasa.
“ sudah ma … tenang ! biar pihak yang berwajib yang menghukumnya ! “ Pak Gondo mendekap Istrinya.
Angin kembali berhembus kencang. Barang-barang yang semula porak
poranda, tau-tau kembali ke tempatnya semula. Lalu munculah asap putih
yang membumbung dan membentuk sesosok perempuan.
“ mamaaaaa … papaaaa … maafkan Rikhaaaa !! “ arwah Rikha muncul sesaat lalu balik lagi membentuk asap dan menghilang lagi.
" tenanglah kau di alammu, Nak " guman pak Gondo lirih.
Akhirnya arwah Rikha tenang, pembunuh aslinya telah tertangkap dan Ivan berhasil memecahkan kasus keduanya.
Sementara di luar hujan sudah mereda …
BBRRUUUAAKKK … GEDEBUUKK …
“ woooee blekog !! sebelas-dua belas elu juga kaga becus nyetir !! “ terdengar suara Parman ngamuk-ngamuk.
“ masih untung gue nabrak pagar ! ketimbang elu, kaga pernah gagal ngebikin gue nyosor selokan ! “ Udin kaga kalah keselnya.
“ karena kalian, aku yang selalu jadi korban. Apa salahku coba ??? … “ Kribo petakolan nemplok di pagar halaman rumah Rikha.
“ Parmaaann … Kribooo … Uddiiinnn … !! motor bututnya sukses ngebawa
kalian nyampe di rumah mewah ini dengan Kurang Selamat … “ tereak bos
Jono dari depan teras.
“ Hahahahahahahaaa … “ semuanya
cekakakan ngliat ulah somplak Parman cs yang ribet dengan motor bututnya
dan gagal menghadiri acara kali ini.
# TAMAT
Senin, 31 Desember 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar