Sejuk angin yang berhembus menemani kepedihan hati Lala di akar, salah satu pohon di Akar Seribu Plajan.
Kesejukan mendamaikan jiwa lara yang Lala rasakan.
Lala selalu duduk berdiam di salah satu pohon di Akar seribu semenjak Dia pitus hubungan dengan kekasih yang Dia cintai.
Penyesalan demi penyesalan menghantui meski tak berarti lagi.
Pesan demi pesan Lala kirimkan setiap hari meski tak pernah ada balasan dari sang mantan kekasih.
Bulan demi bulan Lala hadapi penuh dengan kesunyian hati.
'Hay' sapa seorang lelaki yang dia kenal
'Kamu sendiri disini..?, ngapain. Sedih?' katanya menyodorkan sebuah undangan.
'Candra' jawab nya lesu
'dari siapa ni..?' lanjutnya membaca undangan nya
'Oh. Iya, aku pastikan datang.' lanjutnya merobek undangan itu
(Lalapo, kenapa, bukan aku aja yang kamu cinta kenapa musti Hadi. Lalapo aku enggak rela air mata mu menetes cuman karena dia ku mohon berhentilah menangis) Bantin Candra seakan tercabik melihat butiran-butiran
'Iya. Sudah aku pergi ya.' ucap Candra berlalu pergi meninggalkan Lala. Namun lala tak menghiraukan nya.
****
di sebuah pohon Candra tetap setia memantau dan memperhatikan Lala, penuh kekhawatiran.
Langit menunjukkan kekelaman nya menunjukan dia akan menurunkan hujan kepedihan.
****
'Hadi, Kenapa kamu lakuin ini kepada ku..?, kenapa kamu tega kepada ku. Sandiwarakah kamu selama ini.' teriak Lala berlutut di tengah hujan yang sedang melanda.
'yuk bangun. Nanti kamu sakit' seseorang memayungi nya mengajaknya untuk berdiri kembali.
'Aku nggak mau Cand. Aku ingin di sini. Aku ingin di tempat ini.' katanya mendongak kearah Candra
'Uda berapa lama kamu di sini...?, berapa lama lagi kamu menangis untuk dia?, ayolah. Bangun' ajak Candra sedikit memaksa.
'Ah.. Iya. Iya. Itulah kamu selalu memaksa ku.' Lala bangun dengan kepedihan yang masih tetap Ia rasa dalam jiwa.
Di tengah perjalanan Lala terus saja menangis, membuat batin candra semakin tak karuan, meskipun begitu Candra lebih tenang karena dirinya berada di sisi Lala saat Ia menangis.
'Cand. Kenapa ya dia lakuin itu kepada ku. Mungkin aku memang selama ini tak berarti di hatinya. Mungkin aku hanya sebatas angin yang melintas di kepalanya. Kenapa aku bisa Jatuh di hati yang salah. Cand aku sudah lelah aku ingin istirahat' Lala mengoceh tak karuan sepanjang jalan setapak yang mereka lewati.
'sini aku gendong kalo kamu lelah, kita harus sampai di rumah sebelum magrib.' ucap candra membungkukkan badannya agar Lala mudah naik.
Sampai di parkiran
'pakai mobil aku aja ya po. Motor kamu di titipin dulu. Kasiankan kamu kedinginan pasti' ucap Candra menawarkan.
'Tolong ya kamu yang nitipin motor aku.' pinta lala
'baiklah. Kamu tunggu di mobil. Di mobil juga ada jaket pake aja..!' suruh candra membukakan pintu mobil.
Sekembalinya Candra Merekapun langsung pulang
****
di rumah Lala. 'Thanks ya Cand. Aku masuk dulu' lala pergi meninggalkan Candra begitu saja.
'Lala, darimana kamu.' tanya Ayah Lala.
'sejak kapan Ayah peduli sama Lala.?' jawab Lala membanting Pintu.
Lalu masuk kekamarnya. 'sayang, ini ibu nak. Kamu kenapa...?' panggil Ibu mengetuk pintu kamar Lala
'Entahlah, bu. Lala lagi pengen sendiri' jawab Lala menangis
****
'Po. besokan Jum'at wage mau nggak ikut aku, pantai bandengan. Aku sama temen-temen kelas 9B yang dulu. rencana mau reuni'
Lala membaca pesan dari Candra.
'Emp. Boleh mungkin aku emang perlu ketenangan. Sama temen-temen juga.?, kok aku nggak di kasih tau Can?. Tulisnya lalu menekan tombol kirim
emang pernah kamu di ajak temen-temen ke pantai?, sejak kapan kamu akrab sama anak-anak?. Candra membalas penuh selidik
namun Lala tak menjawabnya
****
pagi-pagi sekali Candra menjemput Lala dengan penuh kebahagiaan.
'Assalamualaiku
'wa.alaikumsala
'uda siap?. Eeeet.. Pamit ibu dulu po!, dan motor kamu gimana yang di plajan.... Teruuuss'
'Blacaaan... Satu satu, ngomong nya' Lala memotong ucapan Candra.
'ya udah bentar ya.' Lala berlalu meninggalkan Candra
'Siap.. Ayo....! Yeeee pantai...' kegembiraan tersirat di raut wajah imut gadis berusia 19th itu.
(aku bahagia po, kalo kamu ketawa seperti ini. Teruslah tersenyum dalam kedamaian)
bantin Candra penuh kepuasan
****
Sampai di pantai teman-teman merak pun telah menunggu. 'Candra.......'
'Dia enggak aneh Yun. Dia hanya berbeda. Dan dia itu lebih baik dari ellu.' tegas-nya
'Cand...' Lala menarik tangan Candra tuk pergi dari Yuni.
'Aku emang aneh. Cand Yuni bener. Aku pulang aja yah Cand..?' pinta Lala penuh harap Candra mengijinkannya.
'Enggak, Kamu tetap disini. Mereka kalau enggak mau sama kamu, ya uda kamu sama aku. Aku akan tetap disisi kamu. Meskipun temen-temen berkata apapun tentang kamu' tegas Candra menggenggam tangan Lala.
'Udah ah. Jangan sedih. Ayo kita main..' kata Candra menarik tangan Lala kepinggir pantai, dengan ombak yang bergulung-gulun
'Candraaaaaaaaa
(Tuhan semoga dia takkan pernah lagi dalam kesedihan seperti kemarin) batin Candra memandangi keceriaan Cintanya.
Hari demi hari mereka jalani dengan penuh kebahagiaan hingga mantan Lala yang dulu memutuskan-nya Kembali dan membuat Candra terluka hati dan juga batin nya.
****
Tahun baru di Alun-Alun Jepara. Hujan, deras menemani pesta malam itu.
Pesta kembang api memeriahkan malam itu.
'Lalaaaa' panggil seorang lelaki yang lelambaikan tangan kearah mereka berdua.
'Hay...' sapanya ramah
'datang sama siapa kamu'. Selidiknya.
'oh aku dateng sama Candra.' sahutnya.
'La. Aku pengen ngomong sama kamu...!' dia menarik tangan Lala ke belakang keramaian.
'jelasin apa..?'
jawab lala penuh tanda tanya.
'La.. Aku minta maaf ya. Atas semua kesalahanku yang lalu. Mohon ampuni aku. Iya. Aku akan tepati janjiku untuk meminangmu. Aku mohon, aku uda kehilangan tunangan aku La, dia pergi begitu saja seperti aku yang pergi darimu tanpa kabar apapun. Aku mohon kembali sama aku. Aku mohon maafkan aku' jelas hadi penuh harap.
Namun Lala berlalu tanpa memperdulikan kata-kat yang terucap dari mulut Hadi.
'Candraaaaaaaaa
'Candraa...aku nggak mau kehilangan kamu. Kembali. Aku takut sendirian Candra...' Lala berteriak menangisi kepergian Candra. 'udah la... Ayo bangun malu. Tuh di liatin banyak orang, berdiri yah...!' perintah Hadi. 'aku enggak mau aku cuma mau Candra' katanya menghapus air mata yang mengaliri pipi Cabi nya.
'Ayolah po...!, jangan membuat malu Hadi...!' bujuk Candra
'Iya. Aku bangun tapi kamu janji tetap ada disisi ku. Selamanya' pinta gadis itu.
'Aku tidak mau'
Candra menolak 'ya sudah kalau gitu, kamu pergi juga sana' usir Lala Berapi-api.
'Aku tidak mau. Kalau kamu menangis di tengah-tengah pesta kaya gini. Iya. Aku mau jadi yang pertama dalam hatimu dengan ketulusan yang kau punya'.
Jelas Candra mengulurkan tangannya agar Lala mau berdiri.
Lalapun Berdiri memeluk erat sahabat yang Ia cinta, dan berlalu dari keramaian, menerobos derasnya hujan. 'Aku kira, kamu akan kembali sama dia. Cinta mu. Yang kamu bilang akan selamanya di hatimu.' kata Candra meledeki sahabatnya itu
'jadi kamu ingin aku, balik sama dia..?. Lalu melukai hatiku, dan hati kita..?' jelas Lala penuh dengan tanya. 'Hahaha... Iya aku kira kamu akan kembali sama dia, ternyata kamu ngejar aku. Yang jelas-jelas aku belum jadi siapa-siapa kamu.' Candra mentertawakanny
'Kalau gitu mau tidak di hari Ulang tahun ku nanti kamu jadi seorang teristimewa di hati dan jiwaku?, kamu mau tidak menemani ku dalam bahagia dan kesedihan ku' Lala berusaha mengungkapkan isi hatinya meski dia gugup. 'Hempp.. Apa-apaan ini aku di tembak seorang cewek. Bagaimana aku bisa menolak nya. Aku tidak tega' jawab candra penuh dengan canda...'Iiih dasar, jawab gitu aja pake becanda.' kata Lala mencubit hidung mancung nya Candra.
'Lala I LOVE U...'
'aku akan tetap mencintai dirimu Blacan, meong ku.'
dan akhirnya merekapun pacaran. Dan karma tetap berlaku untuk siapa yang berhianat pada cintanya.
Jepara 21 Desember 2015
------
Note : Ini adalah cerpen terakhir dari Mbak Laila Tul Latifah
di Grup PANCHAKE, jadi saya ingin siapapun yang mengenal beliau tetap mengenangnya dan mengingatnya. Selamat jalan Mbak Laila. Semoga diterima di sisi Allah SWT.